Tualang makan malam ini berujung di warung tenda (lagi).. Kali ini
kami kembali ke tempat yang sudah kami kenal sejak si denok masih
dalam kandungan. Dahulu kami sering sekali bertandang kesini untuk malan malam. Ngidam?? Bukaaan............ tapi karena
warung tenda ini salah satu penawar kelaparan saat menunggu antrian
dokter Amino DSOG yang prakteknya seringkali diatas jam 7 malam. Lagipula lokasi klinik juga tak terlalu jauh dari warung. Kala itu kami baru beberapa bulan kembali mukim di Jogja sehingga
saat membaca produk unggulan warung tenda ini, yaitu sambel mentah,
rasanya seneng surprise gimana gitu. Setelah beberapa lama kami baru
sadar ternyata di Jogja kota, meski tak semua, tapi banyak warung
tenda yang juga menyediakan sambal mentah dalam lini produknya...
Warung Selera Sambel Mentah ini berlokasi di seberang pelataran Pura
Pakualaman, menempati trotoar jalan Sultan Agung sisi selatan.
Dikelola sepasang suami istri, buka sejak pukul 5 sore hingga jam 11
malam. Selain sambalnya. ada beberapa hal yang membuat kami
terkesan. Antara lain pelayanan yang mereka berikan, baik dari yang
kami alami sendiri maupun saksikan terhadap pengunjung yang lain.
Mereka tak segan mengganti makanan yang disajikan jika sedikit saja
meleset dari pesanan awal. Contohnya, buntut ikan. Si denok suka
sekali makan buntut ikan goreng, jadi dimanapun kami beli ikan
selalu berpesan 'Buntutnya jangan hilang, ya pak..' Suatu kali
pernah ikan gorengnya tersaji tanpa buntut. Saat kami ingatkan,
buru-buru segera diganti dengan ikan yang ukurannya malah lebih
besar dari semula disertai dengan permintaan maaf.
Warung ini menyediakan menu ikan, ayam dan juga burung dara.
Semuanya terbatas dalam versi gorengan. Tersedia pula tempe dan tahu jika
menginginkan. Pilihan sambal yang ditawarkan ada 2 macam, sambal
terasi dan sambal bawang. Jika tak suka pedas, level pedas bisa
diturunkan. Tapi biasanya jika tidak ada pesan khusus, pedasnya
disetel di level maksimum. Cabai rawit yang umumnya dipakai di Jogja adalah jenis cabai rawit oranye yang pedesnya 'endess banget dah' meminjam istilah teman saya yang doyan makan pedas. Jumlah bawang putih untuk sambal juga
bisa menyesuaikan dengan kehendak pemesan. Dinamakan sambal mentah karena
semua bahan sambal diulek langsung di atas cobeknya kemudian
disajikan. Untuk sambal terasi, biasanya disertakan pula
sepotong jeruk nipis untuk menambah citarasa sambal mentahnya. Bagi
saya pribadi, dibanding sambal terasinya maka rasa sambal bawang
jauh lebih nendang. Secolek kecil saja sudah sanggup membuat saya
terharu alias ingusan.. ih, menjijikkan sekali saya ya..hahahaha
Kembali ke menu pesanan. Seperti biasa, makanan yang kami pesan
masih belum beranjak dari menu ikan. Nila, Lele & Bawal.
Sebenarnya warung tenda ini tidak menjual sesuatu yang special,
hanya ayam/burung/ikan berbumbu yang digoreng lalu disajikan.
Ukurannya juga standar, cukup untuk satu kali makan. Lalapannya
sederhana, berupa potongan kol dan kacang panjang. Kadang kami suka
request tomat sebagai tambahan lalapan, 1 piring berisi sekitar 2
butir tomat yang dipotong-potong dengan tambahan harga seribu rupiah
saja. Harga yang tertera di daftar menu sudah include dengan
nasinya. Jika dibeli terpisah, nasi putih dihargai 3 ribu rupiah
dengan kualitas beras yang lumayan. Putih, bersih dari kulit beras/gabah,
dan hangat. Sebagai perbandingan, rata-rata harga lele goreng di
warung tenda Jogja berkisar di angka 7-8 ribu rupiah, dan harga ikan
nila/bawal sekitar 15 ribu rupiah. Jadi harga yang dipatok di tempat ini masih tergolong harga standar warung tenda Jogja.
No comments:
Post a Comment