Friday, September 4, 2015

Gadjah Wong

Gadjah Wong

Sejak bermukim & kerja di Jogja, seringkali kata itu hilir mudik di indra dengar saya. Apa itu Gadjah Wong? Katanya sungai, ya memang betul. Katanya restoran, dimana ya?

Bolak balik tiap lewat daerah Gejayan sering pasang mata tapi tak pernah bisa menemukan restoran. Rupanya Gadjah Wong tergolong salah satu tempat makan yang pelit berbagi plang nama.

Demi menuntaskan rasa penasaran saya, misua bersedia menemani menikmati sinar purnama di tempat legendaris itu. Datang pukul 18 saat pintu masuk baru saja dibuka, kami disambut para penjaga yang seolah membimbing kami ke nirwana Pulau Dewata. Sarung kotak hitam putih & udeng keemasan. Bunga Kamboja. Patung & arca. Lilin menyala diatas meja-meja. Hanya jarik waitressnya yang mengingatkan saya bahwa ini masih di pulau Jawa. Di rumah misua sudah berkata ‘Jangan kaget & jangan berharap terlalu tinggi untuk rasa ya”. Jadilah saya berpura-pura sudah biasa hahaha.. Ini kali pertama saya datang kesini sedang misua sudah kali ketiga.

Rupanya kami adalah first customer sore itu, jadi saya memiliki kesempatan untuk berjalan-jalan sejenak.

Tempat ini memadukan nuansa tradisional dan kontemporer sekaligus & memiliki tiga ruangan utama yang dapat kita pilih. Ruang pertama adalah Gamelan Area. Ruang semi terbuka dengan desain seperti rumah Joglo. Furniture yang didominasi kayu, ukiran dan gebyok menghadirkan nuansa Jawa lengkap dengan seperangkat Gamelan di ujung ruangan. Belum ngomong apa-apa si mbak waitress sudah bilang bahwa seluruh meja di ruangan ini sudah diblok sore itu.
jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran

jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran


Alhasil saya meneruskan langkah ke ruang kedua yaitu Jazz Area yang bersuasana romantic dengan banyak lukisan termasuk Monalisa. Bass betot, saxophone & grand piano warna hitam di sudut ruang menjanjikan hiburan sembari menikmati santap malam yang disajikan.

Mayoritas meja disediakan bagi tamu diatas 6 orang. Jadi karena hanya datang bertiga, kami duduk di teras persis di depan ruang Jazz. Dari sini kami bisa memandang ruang Gamelan di ujung sana ataupun menoleh ke ruang Country di seberang bawah kami.

Ruang ketiga adalah Country Area. Di ruangan ini kami menemukan suasana yang berbeda dari sebelumnya. Dinding batu & meja kursi bar dari kayu menghiasi ruangan ini. Sepasang patung gajah besar berwarna hijau bermahkota keemasan langsung menyambut jika menuruni tangga di samping meja kami. Iringan musik Latin & Country tersedia diruangan ini lengkap dengan ketipung Spanyol yang bersuara khas. Kasir ada disini bersebelahan dengan ruang kecil berisi toples2 jumbo isi berbagai macam rempah & bumbu kering.
jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran
Selain ketiga ruangan utama tersebut masih ada ruangan lain yang memukau seperti  Lorong Area yang berada di ruang bawah tanah. Seolah saya sedang berjalan di dunia fantasi karena dindingnya dipenuhi lukisan nan menawan. Ditengah lorong ada kulkas raksasa dengan angka sekian minus derajat. Ada juga oven raksasa. Kusangka area dapur atau ruang karyawan, tapi kok diujung sana malah terdapat arca. Disamping arca terdapat anak tangga. Jika kita naik tangganya maka akan langsung menemukan para sinden dan niyaga duduk manis memainkan gamelan mereka.

jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran

jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran


Sungguh saya terpesona..

Lokasi, suasana.. dan harga!

Menu makanan yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari makanan internasional sampai dengan makanan tradisional Indonesia. Setara dengan kemanjaan yang diberikan,  sudah ketebak harganya relatif diatas harga normal Jogja meskipun kisarannya tidak jauh berbeda dengan restoran di Ambarukmo Plaza.

Untuk appetizer kami memesan Mutton Samosa. Hadir dalam piring kecil isi 3 dilengkapi dengan ulekan cabe rawit hijau & acar berkuah, entah susu atau santan. Daging kambing cincang yang dibungkus dengan kulit luar yang kress kress renyah berbentuk segitiga berpadu dengan aneka bahan dan rempah India membuat selera kami terpancing untuk menikmati menu2 berikutnya. ‘Enak”, komentar suami yang dahulu pernah tinggal di India selama beberapa minggu. “Sayang cabenya agak langu”, ujarnya lagi.

jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran
Akhirnya waitress datang membawa sepiring besar pesanan suami, India Ranapekel. Ukuran piringnya sampai menyita separuh meja. Isinya juga menggugah selera. Nasi putih campur kelapa parut (jadi ingat sego krawu jaman saya masih kecil) ditambah sepotong roti India yang super lezat. Ini adalah Naan terenak yang pernah saya cicipi. Ada lagi semacam kripik renyah berempah yang asli sueeer andai gratis pasti saya minta bungkus bawa pulang hahaha… Hidangan utamanya adalah iga kambing yang dagingnya memiliki tekstur lembut dengan tingkat kematangan yang sempurna, rasanya sedikit manis, tidak seperti bayangan kami yang berharap menemukan rasa & aroma rempah India semacam masala. Sayurannya ada dua, potongan2 kecil daun/sayur dicampur bumbu terasa mirip karedok. Ada juga semacam sayuran lodeh tanpa kuah. Bahan pelengkap disajikan dalam 3 daun yang dibentuk seperti mangkok sudi : ulekan cabai, potongan2 kecil acar yang direndam dalam cairan putih mirip susu/yogurt & cincangan nanas yang rasanya manis asam pedas. Masih kurang nendang bagi kami yang berharap menemukan sensasi India sepenuhnya.
jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran
Menu pesanan saya adalah Orange Duck. Bagi saya, ini merupakan menu bebek yang berbeda dari biasanya. Jika selama ini saya hanya makan bebek yang dimasak dengan cara goreng, bacem, atau rica-rica, maka Orange Duck ini digoreng namun disajikan bersama dengan saus orange yang sedikit asam, dan manis. Tekstur daging bebeknya yang super lembut dan memiliki rasa yang gurih dan agak manis terasa begitu pas dengan sausnya yang asam dan menyegarkan. Sensasinya beda dan istimewa banget. Baby potatoes disajikan dalam piring terpisah & yummy banget dicocol dalam parutan keju & sambal botolan. Potongan2 wortelnya sungguh murah hati dilengkapi semacam mashed carrot yang rasanya semanis ubi cilembu dengan hiasan sepotong jeruk. Satu hal lagi yang membuat saya terkesan, Gadjah Wong sangat memperhatikan detail pada makanan. Ketimun dibentuk serupa kupu-kupu & wortelnya dimata saya berubah menjadi semacam capung atau belalang. Saking njlimetnya sampe suami berkomentar : “Lain kali sebelum pesan nanya aja, kalau tanpa garnish harganya bisa lebih murah ga”. “Yipppie.. alamat lain kali bakal kesini lagi”, sorak batin saya kegirangan…

jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran

jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran
Buat si bocah ayu, kami pesankan Tagliatelle Ai Fungi. Di luar dugaan, dia makan dengan sangat tenang. Saus yang dimasak bersama susu & cooking cream hampir tanpa tambahan air menghasilkan citarasa yang creamy tetapi tetap terasa light & gak ngejendel di lidah. Jenis saus kegemaran anak wedok. Tapi buat lidah saya yang ndeso ini, jika pas lagi berkenan masak, saus fettucini masakan suami jauh lebih mantap rasanya.
jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran
Sayup-sayup terdengar alunan tembang dari para sinden diiringi klonengan suara gamelan. Si denok sedang berfantasi bersama sobatnya, boneka bernama mbak Ana, sambil memperhatikan para musisi di Ruang Jazz yang sedang bersiap memainkan musik. Di ruang Country yang terletak dibawah tangga, terdengar musik gembira musisi yang memainkan lagu2 lama. Kebetulan posisi duduk kami ada teras, jadi bisa melihat ke-3 ruangan tsb dengan leluasa. ‘Rasanya kayak lagi duduk di Kemang’, kata misua. Memang iya, dilihat dari porsi makanan ukuran Jumbo, mayoritas tamu wisatawan manca negara, lagu & instrumen yang dimainkan membuat suasana yang dihadirkan mampu memanjakan panca indera.
jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran

Sebelum si denok keburu bosan, dessert pesanan kami telah datang. Chocolate Mousse spesial untuk sang putri. Lagi-lagi datang dengan hiasan yang menarik hati. Tapi meskipun hanya sanggup menghabiskan separuh porsi, cukup menambah keceriaan malam ini.

Tepat sekali jika Gadjah Wong menyandang reputasi sebagai restoran legendaris di Kota Jogja. Legendaris karena hanya buka malam hari jam 18-22 saja. Legendaris karena tersiar di dunia sehingga tamunya mayoritas mancanegara. Legendaris karena mampu menghadirkan suasana romantis tapi hangat & penuh sukacita. Dan untuk saya pribadi : legendaris karena total tagihannya lumayan membuat dompet saya porakporanda hahaha …
jogja-jajan.blogspot.com-gajah-wong-legendaris-restauran


No comments:

Post a Comment