KONGKALIKONG

Lapar mendera sepulang dari Bethesda, sebelum terjadi emosi jiwa melipir dulu sejenak ke Jl Tamansiswa. Sudah hampir setahun tidak berkunjung kemari rupanya harganya sudah direvisi. Per porsi  naik rata2 lima ribu dari kisaran belasan di tahun lalu.

Kongkalikong Dine & Coffee House namanya. Eiiits.. jangan buru-buru lapor sama KPK ya.. karena meski menyandang nama kongkalikong tapi ini bukanlah rumah kopi dimana para pejabat bersekongkol untuk korupsi.. hehehe

Beralamat di Jalan Tamansiswa No 17 Yogyakarta, nampak tak terlalu besar jika dipandang dari pelataran parkiran tapi sesungguhnya tempat ini menawarkan suasana nyaman dengan berbagai menu yang beragam. Terdiri dari empat ruangan, ruang depan ditata dengan interior jadul yang menawan. Sebagian sofanya sudah berganti warna namun masih tetap nyaman. Ruangan disini ditata apik dan dipercantik dengan berbagai pernak-pernik. Mesin jahit kuno, kamera hingga timbangan.

Ruang kedua ada di depan stage. Ruang terbuka yang mestinya asik jika cuaca sedang tak terik. Sambil mendengarkan live music, nongkrong bersama teman akan menjadi pilihan yang menarik.

Disamping stage ada ruang semi terbuka. Ruang ketiga ini di salah satu sisi berhias air mengguyur dan kolam berisi ikan mas koki mini. Meja kursi berbantal dan berpita membuat saya serasa dirumah sendiri. Mungkin karena bentuk kursi kayunya serupa dengan yang ada di dapur mungil saya. Ruang keempat adalah ruang dimana si pemilik kafe menyulap tong-tong bekas menjadi meja. Dengan kursi-kursi tinggi dari kayu mengitari bulatnya meja, sangat cocok untuk nongkrong para pengunjung muda.

Satu hal yang mesti saya ingat kalau kemari. Selalu tersedia asbak di setiap meja. Tempat ini memang tidak menyediakan non smoking area. Pengunjung dapat merokok dimanapun mereka suka. Jadi kami saat mencari tempat duduk pastilah jauh-jauh dari  mereka.

Tak banyak menu yang kami pesan karena kami datang saat jam empat hampir berdentang, Apalagi si kecil mulai rewel karena belum bobok siang. Untuk menu utama suami minta Sapo Tahu. Isinya aneka sayuran, ikan serta udang. Tak ketinggalan tofu yang digoreng hingga kuning kecoklatan. Ditambah beberapa potong jamur shitake ukuran besar. Rasanya lumayan. Kuahnya manis gurih campuran kecap ikan dan saus tiram. Aromanya wangi karena memakai minyak sesame. Tak ada rasa angciu sama sekali, mungkin karena ada label 100% halal terpasang di tempat ini.

Pesanan sayapun sudah diantarkan. Karena sekarang sering berurusan sama Bethesda, kali ini saya pilih menu yang biasa. Tiga kali kesini tiga kali pula Tamie Capcay setia menemani. Makan sehat dengan sayuran dan mi. Mulai dari sawi, wortel, jamur, cauliflower, hingga brokoli. Semua dimasak menjadi capcay kuah lezat yang nikmat disantap dengan potongan cabe rawit kecap asin. Tak lupa secuil daging ayam dan bakso ditambahkan sebagai pelengkap nutrisi. Capcay kuah kemudian disajikan bersama gorengan mie. Uniknya rasa mie yang renyah dikunyah disruput bersama kuah membuat saya selalu ketagihan untuk makan Tamie. Padahal sudah berkali-kali di rumah saya mencoba resep ini tapi selalu gagal dan gagal lagi.

Karena si denok suka pisang, kali ini saya pesankan Banana Caramello tanpa bertanya sama mbaknya. Bayangan saya pisang ini ditaburi karamel diatasnya. Saat diantarkan, saya takjub melihatnya. Bukan karena isinya cuma ada 4 tapi karena dipanggang bersama mozarella! Semurah-murahnya keju moza jika harus meleleh sebanyak itu tentu saja menambah biaya. Dibanding pakai karamel yang hanya bermodal air & gula. Tak menyangka tempat ini sanggup menyajikan mozarella dengan harga yang bersahabat dengan isi dompet saya.

Kongkalikong Dine & Coffee House bisa menjadi pilihan untuk ngobrol bersama kawan. Sambil menikmati live music yang hampir tiap malam ditampilkan. Tempatnya nyaman dengan harga makanan yang  bersahabat. Selalu kangen untuk datang kembali.