Tempat ini bernama Kedai Manalagi yang menjual masakan peranakan dengan citarasa lebih condong ke Manado daripada Chinese-nya. Rumah makan ini beralamat di Jalan Magelang no 132A Jogjakarta dan rupanya memang belum lama berdiri sehingga selama ini kami luput melihatnya. Baru dibuka sejak tanggal 8 Juni 2015 kemarin dan beroperasi mulai jam 10 pagi hingga jam 10 malam.
Seperti layaknya rumah makan yang menjual sajian B2, maka Nasi Campur akan selalu ditemukan di dalam daftar menu. Bedanya nasi campur di Kedai Manalagi tidak menyajikan sate. Jika menghendaki, sate babi dijual terpisah dengan bumbu khas Manado yang dinamakan Sate Ragey. Tersedia pula Sup Bakut dan Mie. Misua saya menawarkan Nasi Tim untuk denok tapi saya tolak karena pertama sudah membawa nasi dari rumah dan kedua karena saya cukup sering membuat sendiri nasi tim ayam jamur di rumah. Bosan ketemu nasi tim lagi.
Meski matahari mulai menyengat di langit pagi Jogjakarta, suami saya tetap memesan Sup Bakut yang panas mengepul berikut nasi putih pelengkapnya. Selain itu seporsi kombinasi daging dan samcam ukuran 90 gram juga kami pesan supaya acara icip-icip makanan jadi lebih seru. Buat si denok kami pesankan Mie Babi Manalagi. Selain memang mie adalah makanan favoritnya, saya pribadi tergoda dengan penjelasan dibawah gambar menu. Disitu tertera bahwa ini adalah mie ala jakarta, bertekstur bundar dan kenyal. Terus terang sudah agak lama batin saya memendam rindu pada rasa mie karet Pinangsia Jakarta Pusat yang diameternya mungkin sekecil spaghetti angel hair dan bertekstur kenyal tapi tidak gampang mlonyoh meski lama terendam kuah panas. Waaaiki batin saya girang, apalagi pada gambarnya terpasang 4 potong kekian dengan ukuran yang lumayan besar, hmm... jadi makin ngeces deh selak pengen makan.
Sup Bakut yang pertama kali diantarkan. Suara denok kecil saya yang ribut minta makan membuyarkan ingatan untuk memotret makanan. Alhasil, Sup Bakut seharga 15 ribu inipun melenggang begitu saja tanpa sempat saya abadikan gambarnya. Disajikan dalam mangkok tak seberapa besar dengan beberapa potong iga babi serta sayur asin dengan kuah yang agak bening. Hanya begitu saja tanpa tambahan sambal atau saos ataupun kecap. Menurut saya pembuatan sayur asinnya masih tergolong fresh jadi rasa kuahnya agak hambar. Tapi memang agak susah sih memilih sawi asin, kalau terlalu fresh rasanya jadi hambar tapi kalau yang sudah lama nanti bisa keasinan dan keaseman. Akhirnya kami meminta semangkok kecil sambal untuk mendongkrak rasa dan si mas penjaga datang membawakan seporsi sambal Manado. Si mas sempat menjelaskan sedikit deskripsi tentang sambalnya tapi saya lupa. Well, setidaknya sekarang ada sedikit rasa pedas dalam kuahnya.
Mie akhirnya diantarkan, hadir dengan sepotong pangsit dan hiasan beberapa potong kekian dan cincangan jamur tiram ditambah sekitar 1 sendok makan daging babi dan mungkin potongan dari 2 helai daun sawi. Bertabur gorengan bawang merah dan potongan loncang (daun bawang). Sesuai iklan bentuk mienya bulat dan tidak mirip sama sekali dengan yammie. Berhubung lapar, denok kecil saya lahap menyantapnya. Mie ini disajikan dengan semangkok kuah babi yang sedap. Kental dan panas. Berikut seperangkat bumbu tambahan seperti sambal, lada, cuka dan garam. Menurut saya semestinya semua ini dikeluarkan diawal penyajian makanan saat mengantarkan sup bakut pesanan, jadi kami kan tidak perlu meminta sambal.
Kedai ini menyediakan daging babi yang diolah menjadi beraneka makanan. Ada chasio atau daging merah, samcam panggang, dan yang khas manado banget : rica-rica. Rica yang ini berbeda dengan rica Jogja, karena menurut saya memakai sereh lumayan banyak yang diuleg halus dan terasa lebih pedas dibanding rasa masakan rica Jogja yang pedas manis. Porsi terkecil yang bisa dipesan adalah 90 gram, dan akan mendapatkan tiga jenis olahan makanan yaitu samcan, rica & daging merah. Yang terenak dari menu ini menurut saya adalah saosnya, saos coklat yang dituangkan diatas daging merah rasanya hmm.. yummy ...dibanderol dengan harga 25 ribu menurut saya masih cukup wajar untuk icip icip rasa.
Kesan keseluruhan kami atas kedai yang baru buka ini menurut pendapat saya pribadi masih belum memuaskan. Besar kemungkinan citarasa makanan yang kami santap pagi ini akan jauh berbeda dengan beberapa tahun kedepan jika mereka berhasil survive di bursa makanan Jogja yang super duper beraneka ragam. Harga yang dipatok juga relatif sedikit mahal. Biasanya kami memesan mie di tempat lain dengan campuran daging bak hanya berkisar 18 ribu-an dan itupun cukup untuk dimakan berdua, tapi mie di tempat ini dibanderol dengan harga 20 ribu dalam ukuran personal. Untuk ukuran lidah kami rasa makanannya tidak istimewa, mungkin karena lidah kami lebih condong ke citarasa bumbu Chinese food dibandingkan bumbu Manado. Baiklah Kedai Manalagi.. suatu saat nanti kami akan kembali saat kau berhasil membuktikan diri eksis di blantika Jogja babi kulineri....
No comments:
Post a Comment