Monday, September 28, 2015

Warung Soto Ayam Kampung Pak Wondo Jalan Parangtritis Jogja

jogja-jajan.blogspot.com-soto-ayam-kampung-parangtritis
Jalan jalan hari minggu ini niatnya hendak sarapan soto. Bayangan nasi soto berkuah panas dengan irisan halus kol dan soun dan tauge dan suiran daging ayam dengan taburan sledri cincang mendadak begitu lekat di benak saya sejak bangun tidur tadi. Di kota Jogja ini saat pagi hari lebih mudah menemukan penjual soto, baik yang berupa gerobak dorong, pikulan, warung hingga rumah makan. Beberapa warung makan bahkan sudah terlalu terkenal sehingga ruangannya penuh sesak oleh pengunjung belum terhitung sulitnya memarkir kendaraan. Kalau istilah suami saya, warung soto semacam Kadipiro dan pak Marto sudah berubah menjadi 'Soto Wisata'.
jogja-jajan.blogspot.com-soto-ayam-kampung-parangtritis

Pagi ini kami meluncur menuju warung soto sapi di jalan Parangtritis. Warung ini juga sudah nyaris bertransformasi menjadi Soto Wisata tapi kami maklumi karena memang rasa rempah di bumbu sotonya paling terasa dibandingkan warung-warung soto yang lainnya. Sayangnya warung yang kami maksud ternyata tutup, sehingga kamipun meneruskan perjalanan mencari warung lainnya.
jogja-jajan.blogspot.com-soto-ayam-kampung-parangtritis

Masih di ruas jalan yang sama, Jalan Parangtritis Yogyakarta, kami menemukan satu warung yang sepertinya menarik untuk dicoba. Warung Soto Ayam Kampung Pak Wondo namanya. Lokasinya di sebelah kiri toko sepatu Bata. Warungnya berupa bangunan berbahan bambu bercat biru, lumayan lapang dan nampaknya cukup memberi ruang diantara pengunjung tanpa harus berkeringat berlebihan di tengah udara Jogja yang terasa sumuk..
jogja-jajan.blogspot.com-soto-ayam-kampung-parangtritis

Melangkahkan kaki memasuki pintu kami disambut gerobak soto yang memajang prasasti sponsor lantai warung. Masuk lebih dalam lagi, terasa udaranya begitu segar karena tepat di belakang warung ini terhampar areal sawah yang luas dengan padi menghijau yang menyejukkan pandangan. Udara segar berhembus melewati helaian daun pohon pisang dan menembus kisi-kisi bambu sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati hidangan.

jogja-jajan.blogspot.com-soto-ayam-kampung-parangtritis
Daftar menu dengan tabel harga tergantung di dinding warung. Kami memesan Nasi Soto Campur dan sepotong sayap ayam kampung dan teh panas. Soto Campur dan Soto Pisah hanya berbeda pada cara penyajian nasinya saja. Pada Soto Campur, nasi akan disusun paling bawah kemudian diatasnya diberi isian soto lalu dituangi kuah. Sedangkan Soto Pisah, nasinya akan disajikan dalam piring terpisah.

jogja-jajan.blogspot.com-soto-ayam-kampung-parangtritis
Soto yang dijual di tempat ini menggunakan daging ayam kampung yang sudah dibumbu bacem dan dimasak sampai lunak. Jika soto ayam biasanya menggunakan daging ayam yang disuir halus, maka soto Pak Wondo menyajikan daging dalam bentuk potongan yang besar-besar. Dibandingkan dengan harga soto ayam warung lain yang biasanya berkisar 8 ribuan, maka soto Pak Wondo tergolong mahal karena harga per mangkoknya sebesar 10 ribu rupiah. Tapi jika melihat banyaknya isi mangkok plus ayam yang dipakai menggunakan ayam kampung plus dagingnya berupa potongan-potongan besar maka harga 10 ribu menjadi wajar menurut pendapat saya. Mangkok yang dipakai adalah mangkok standar rumahan, bukan jenis mangkok soto yang mungil itu. Isinya juga cukup nendang, baik rasa maunpun kuantitasnya. Nasi setengah mangkok ditambah soun dan tauge dan irisan kol dan sebutir pergedel kentang dengan taburan seledri cincang dan bawang goreng. Kuahnya yang panas dan berwarna kuning menunjukkan ciri khas soto Jogja yang berempah dan gurih. Rasa daging ayam bacemnya yang manis memberi paduan yang sempurna untuk semangkok soto yang sejak pagi menjadi idaman sarapan saya.

jogja-jajan.blogspot.com-soto-ayam-kampung-parangtritis

jogja-jajan.blogspot.com-soto-ayam-kampung-parangtritis
Teh manis yang kami pesan rasanya juga tergolong nas-gi-tel. Panas, legi alias manis yang berasal dari gula batu dan kentel karena menggunakan seduhan daun teh (bukan teh celup). Dengan harga 4 ribu segelas, rasa tehnya begitu mantap dan membuat mata berbinar plus keringat yang dihasilkan sanggup membuat badan terasa gemregah.

Untuk harga ayam gorengnya tergolong mahal. Sepotong sayap ayam kampung yang dimasak bacem dihargai 16 ribu. Rasanya dominan manis, dan disajikan dingin, kemungkinan karena dimasak sejak pagi-pagi buta sementara saya menyantapnya sekitar jam 8 pagi.
jogja-jajan.blogspot.com-soto-ayam-kampung-parangtritis

Soto ayam kampung Pak Wondo bisa menjadi alternatif pilihan jika sumpek dengan padatnya warung soto wisata. Yang menarik buat saya di tempat ini adalah aliran udara yang begitu segar dari area persawahan. Ini hal istimewa yang belum pernah saya rasakan dibandingkan warung soto wisata yang biasanya menyediakan kipas-kipas angin besar. Lokasi warung mudah dicari dan area parkir tersedia cukup luas di halaman toko sepatu Bata...


Saturday, September 26, 2015

Makanan Peranakan di Jogja. Kombinasi Manado China daging B2

Hari belum lagi genap jam 9 pagi kala kami meluncur meninggalkan rumah menuju jalan Magelang Yogyakarta. Meski belum punya tujuan pasti hendak kemana, saya tetap membawa sekotak bekal nasi & makanan untuk sarapan si denok yang sejak bangun tidur maunya cuma makan biskuit. Mampir sebentar di beberapa toko onderdil & variasi yang bertebaran di sepanjang jalan Magelang,sekilas pandang nampak gambar babi gendut ukuran 1 meter terlukis di dinding samping toko My Foot. Hmm.. perasaan bolak balik lewatin Jalan Magelang Yogyakarta kok baru lihat kali ini ya? Jiaaaah, rasa penasaran saya pun muncul dan sulit ditahan ditambah lagi memang belum sarapan, untunglah misua tak protes kala saya meminta putar balik ke sana.

Tempat ini bernama Kedai Manalagi yang menjual masakan peranakan dengan citarasa lebih condong ke Manado daripada Chinese-nya. Rumah makan ini beralamat di Jalan Magelang no 132A Jogjakarta dan rupanya memang belum lama berdiri sehingga selama ini kami luput melihatnya. Baru dibuka sejak tanggal 8 Juni 2015 kemarin dan beroperasi mulai jam 10 pagi hingga jam 10 malam.

Seperti layaknya rumah makan yang menjual sajian B2, maka Nasi Campur akan selalu ditemukan di dalam daftar menu. Bedanya nasi campur di Kedai Manalagi tidak menyajikan sate. Jika menghendaki, sate babi dijual terpisah dengan bumbu khas Manado yang dinamakan Sate Ragey. Tersedia pula Sup Bakut dan Mie. Misua saya menawarkan Nasi Tim untuk denok tapi saya tolak karena pertama sudah membawa nasi dari rumah dan kedua karena saya cukup sering membuat sendiri nasi tim ayam jamur di rumah. Bosan ketemu nasi tim lagi.

Meski matahari mulai menyengat di langit pagi  Jogjakarta, suami saya tetap memesan Sup Bakut yang panas mengepul berikut nasi putih pelengkapnya. Selain itu seporsi kombinasi daging dan samcam ukuran 90 gram juga kami pesan supaya acara icip-icip makanan jadi lebih seru. Buat si denok kami pesankan Mie Babi Manalagi. Selain memang mie adalah makanan favoritnya, saya pribadi tergoda dengan penjelasan dibawah gambar menu. Disitu tertera bahwa ini adalah mie ala jakarta, bertekstur bundar dan kenyal. Terus terang sudah agak lama batin saya memendam rindu pada rasa mie karet Pinangsia Jakarta Pusat yang diameternya mungkin sekecil spaghetti angel hair dan bertekstur kenyal tapi tidak gampang mlonyoh meski lama terendam kuah panas. Waaaiki batin saya girang, apalagi pada gambarnya terpasang 4 potong kekian dengan ukuran yang lumayan besar, hmm... jadi makin ngeces deh selak pengen makan.

Sup Bakut yang pertama kali diantarkan. Suara denok kecil saya yang ribut minta makan membuyarkan ingatan untuk memotret makanan. Alhasil, Sup Bakut seharga 15 ribu inipun melenggang begitu saja tanpa sempat saya abadikan gambarnya. Disajikan dalam mangkok tak seberapa besar dengan beberapa potong iga babi serta sayur asin dengan kuah yang agak bening. Hanya begitu saja tanpa tambahan sambal atau saos ataupun kecap. Menurut saya pembuatan sayur asinnya masih tergolong fresh jadi rasa kuahnya agak hambar. Tapi memang agak susah sih memilih sawi asin, kalau terlalu fresh rasanya jadi hambar tapi kalau yang sudah lama nanti bisa keasinan dan keaseman. Akhirnya kami meminta semangkok kecil sambal untuk mendongkrak rasa dan si mas penjaga datang membawakan seporsi sambal Manado. Si mas sempat menjelaskan sedikit deskripsi tentang sambalnya tapi saya lupa. Well, setidaknya sekarang ada sedikit rasa pedas dalam kuahnya.

Mie akhirnya diantarkan, hadir dengan sepotong pangsit dan hiasan beberapa potong kekian dan cincangan jamur tiram ditambah sekitar 1 sendok makan daging babi dan mungkin potongan dari 2 helai daun sawi. Bertabur gorengan bawang merah dan potongan loncang (daun bawang). Sesuai iklan bentuk mienya bulat  dan tidak mirip sama sekali dengan yammie. Berhubung lapar, denok kecil saya lahap menyantapnya. Mie ini disajikan dengan semangkok kuah babi yang sedap. Kental dan panas. Berikut seperangkat bumbu tambahan seperti sambal, lada, cuka dan garam. Menurut saya semestinya semua ini dikeluarkan diawal penyajian makanan saat mengantarkan sup bakut pesanan, jadi kami kan tidak perlu meminta sambal.


Kedai ini menyediakan daging babi yang diolah menjadi beraneka makanan. Ada chasio atau daging merah, samcam panggang, dan yang khas manado banget : rica-rica. Rica yang ini berbeda dengan rica Jogja, karena menurut saya memakai sereh lumayan banyak yang diuleg halus dan terasa lebih pedas dibanding rasa masakan rica Jogja yang pedas manis. Porsi terkecil yang bisa dipesan adalah 90 gram, dan akan mendapatkan tiga jenis olahan makanan yaitu samcan, rica & daging merah. Yang terenak dari menu ini menurut saya adalah saosnya, saos coklat yang dituangkan diatas daging merah rasanya hmm.. yummy ...dibanderol dengan harga 25 ribu menurut saya masih cukup wajar untuk icip icip rasa.

Kesan keseluruhan kami atas kedai yang baru buka ini menurut pendapat saya pribadi masih belum memuaskan. Besar kemungkinan citarasa makanan yang kami santap pagi ini akan jauh berbeda dengan beberapa tahun kedepan jika mereka berhasil survive di bursa makanan Jogja yang super duper beraneka ragam. Harga yang dipatok juga relatif sedikit mahal. Biasanya kami memesan mie di tempat lain dengan campuran daging bak hanya berkisar 18 ribu-an dan itupun cukup untuk dimakan berdua, tapi mie di tempat ini dibanderol dengan harga 20 ribu dalam ukuran personal. Untuk ukuran lidah kami rasa makanannya tidak istimewa, mungkin karena lidah kami lebih condong ke citarasa bumbu Chinese food dibandingkan bumbu Manado. Baiklah Kedai Manalagi.. suatu saat nanti kami akan kembali saat kau berhasil membuktikan diri eksis di blantika Jogja babi kulineri....

Wednesday, September 23, 2015

Jajan Jepang Jepangan di Jogja, Kay Ramen Sagan tempatnya

Jarang sebenarnya kami kelayapan malam-malam, paling larut biasanya jam 9 sudah pada ngadem di dalam kamar. Eh mumpung pas ngambil cuti kantor bolehlah sesekali melongok suasana Jogja malam hari. Baterai denok kebetulan juga masih cukup kuat untuk diajak hangout, jadilah jelang pukul 9 malam kami menepi di kedai makanan jepang-jepangan.

Kali ini kaki kami semampir di kedai pinggiran jalan, Kay Ramen namanya. Hanya berjarak 1 kios saja dari kedai Sagan Dak Galbi yang waktu itu sudah pernah saya ulas disini. Berlokasi di seberang Galeria Mall tepatnya di area bekas kantong parkiran perempatan Jalan Solo - Sudirman. Kiosnya tak terlalu besar tapi nampak paling ramai pengunjung.
jogja-jajan.blogspot.com-ramen-tenda

Mengikuti intuisi seperti biasanya, kali ini kami ikutan nimbrung disana. Tempat ini dihiasi dekorasi ala Jepang dengan lampion dan tulisan-tulisan yang tak bisa saya mengerti artinya. Kursi yang disediakan juga tinggi, mengingat keamanannya jenis kursi ini kurang cocok dipakai oleh anak balita kami. Karena alasan itu jugalah maka kami memilih kursi di dalam ruangan dan mepet ke tembok meski sebenarnya duduk di teras akan terasa jauh lebih menyenangkan.
jogja-jajan.blogspot.com-ramen-tenda
Karena sudah lewat jam makan malam maka kami hanya memesan makanan yang tergolong ringan. Jangan diketawain ya, tapi sushi masih termasuk ringan untuk ukuran saya hehehe. Jadilah seporsi sushi Beef Katsu Roll menemani icip icip saya sedangkan misua memilih yang berkuah segar, Ramen Muneh Teriyaki Shoyu. Untuk minumannya misua bertanya apakah bisa memesan ocha hangat karena semua pilihan ocha tersaji dingin, dan ternyata bisa dengan cara "Dihangatkan terlebih dahulu", kata mereka.Okelah, sambil menunggu saya melihat-lihat sekeliling ruangan.
jogja-jajan.blogspot.com-ramen-tenda

Pengunjungnya cukup padat, semuanya anak-anak muda. Beberapa datang bersama pasangan atau sahabatnya dan ada juga yang sendirian saja. Dinding di dekat kami berupa partisi yang dilapisi bilah papan kayu tipis, itupun corak kayunya nyaris tak nampak lagi karena tertutup oleh tempelan kertas berisi kesan-kesan pengunjung yang pernah datang kemari. Didepan kami ada dapur berisi 3 orang crew yang sibuk berkutat dengan makanan. Seorang sedang membentuk nasi berlapis nori berbentuk segitiga, yang lain sibuk dengan wajan yang mengepulkan asap masakan. Kasir duduk manis di dekat mesin cash register sedangkan seorang waitress mondar mandir kesana kemari melayani pelanggan.

Sungguh sayang, sejak kami duduk tegangan listriknya byar pet padahal tetangga kios samping kiri kanan tidak oglangan. Berkali kali lampu-lampu padam tanpa sempat dihitung lagi saking seringnya sampai akhirnya lampu dapur dimatikan dan crew bekerja dalam remang malam. Ditambah lagi dengan banjir waria yang mengamen bergantian. Rupanya usia yang tak lagi belia tak menghalangi hasrat mereka mencentili pengunjung pria muda. Untung suami saya meskipun hatinya gembira namun sebab dikaruniai muka berekspresi bete menyebabkan tak ada waria yang berani mencoleknya.
jogja-jajan.blogspot.com-ramen-tenda

Selang sebentar sejak menyerahkan menu pesanan, ramen pun diantarkan. Hadir dalam mangkok merah, ramennya berkuah bening dengan rebusan pakcoy dan irisan daun bawang dan serutan wortel dan pipilan jagung manis dan sepotong katsu dan setengah butir telor rebus. Tiba-tiba saya teringat gambar telur rebus Jepang yang konon kabarnya dimarinate semalaman. Pasti akan cantik sekali jika telurnya dibuat seperti telur rebus ala jepang, atau setidaknya mirip seperti telur seribu tahun yang biasanya disajikan dalam bubur ayam restoran cina. Dengan harga 19 ribu semangkok rasa kuah ramennya cukup menyegarkan, meski dimasak tanpa mirin sama sekali.

jogja-jajan.blogspot.com-ramen-tenda

jogja-jajan.blogspot.com-ramen-tenda
Tak lama kemudian sushi pun datang. Terbagi dalam 6 potongan seukuran satu suapan orang dewasa, berhias saos tomat dan taburan wasabi yang tak pedas. Barangkali karena kami datang sudah terlalu larut atau stok nasinya memang keras tapi tekstur sushi yang saya makan cenderung ngletis, mirip rasa beras yang ditanak kurang air. Tak apa, meski sushinya sudah tak hangat lagi, tetap saya santap mengingat seporsi harganya 12 ribu hehehe.
jogja-jajan.blogspot.com-ramen-tenda

Lama berselang, kala makanan sudah tandas dimeja, ocha kami tak kunjung datang. Bolak balik saya nanya ke waitress jawabnya hanya "bersabar, sedang disiapkan". Lha, bukannya crew ada 3 ya? Lagian bikin ocha kan ga seribet ngegulung sushi? Jangan-jangan mas crew lupa pada pesanan kami. Akhirnya saya datangi kitchen mereka dan jreng... sepertinya memang mereka lupa. Buru-buru ocha dituang ke dalam panci dan dipanaskan sebentar di atas kompor supaya menjadi ocha hangat seperti pesanan kami. Duh. kalau begini gimana perasaan pembeli yang kepedasan menunggu minuman karena kebanyakan makan pakai wasabi? Wah sepertinya sederetan tempat makan di sini memang kurang cocok dengan ekspektasi kami. Ochanya kuang kental, dan wasabi tak menyengat, malah rasanya lebih pedasan bubuk cabe mie instan yang dijual di pasaran. Pelayananpun kurang memuaskan, tak ada permintaan maaf, bahkan tak merasa salah karena lupa pesanan pembeli. Balik lagi, namanya juga gerai jepang-jepangan hehehehe..

"Barangkali mereka lelah..", cuma itu komentar singkat suami saya.

Tuesday, September 22, 2015

Warung Tenda Seafood Pak Timbul Yogyakarta


jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-seafood-jokteng-timbul
Petang menjelang, susana Jogja malahan semakin semarak. Maklum, menjelang ulang tahun kota, wong hari biasa saja sering banget lihat atraksi budaya di Jogja. Belum lama pas nangkring malam di angkringan malah disuguhi atraksi Bregada Daeng (=prajurit keraton) sedang mengiring prosesi adat peresmian patung, lengkap dengan mbakyu-mbakyu ayu berkebaya pembawa kendi dan gunting. Ditambah lagi karnaval anak dan remaja berkostum lucu yang biasanya bergantian tiap kecamatan, bergiliran mentas di jalanan kota sambil mendorong kreasi properti yang dihias menyerupai mobil, tank, meriam, patung lan sakpiturute. Kadang kuping saya sampai panas saking seringnya dengar klonengan karawitan atau keroncongan di pendopo UNY yang sampai jam 9 malam masih belum mau senyap. Tapi yang paling berkesan buat saya adalah beberapa minggu lalu saat ketemu rombongan sapi berhias yang baru pulang dari festival pedati. Klonang kloneng bunyi genta terdengar nyaring mengiringi langkah kaki sapi-sapi berpantat gemulai. Haha.. itulah asiknya tinggal di Jogja, asal kaki berkenan melangkah keluar rumah, tiap hari bisa ketemu hiburan.

Sore ini kami mampir di warung tenda, aslinya tanpa bermaksud melanjutkan edisi war-ten the series lho ya hehehe..Kalau sudah beberapa hari tidak makan ikan kok rasanya tuh gimana gitu, badan rentek-rentek, hati terasa kosong, makan apapun di lidah ga ada yang pas. Jiaaah.. mungkin ini yang namanya ketagihan makan ikan hahahaha.. Padahal ya mung cuma ikan gitu lho. Akhirnya kami melipir ke Warung Tenda Seafood Pak Timbul. Lokasinya di Jalan Mayjen Sutoyo Jogja, sebelah baratnya pojok beteng wetan kraton. Kali terakhir saya datang kesini adalah pas saya lagi hamil denok usia kandungan tiga bulan. Baru membuka pintu & kaki belum menyentuh aspal saya sudah muntah-muntah ga karuan. Mungkin karena eneg dengan aroma masakannya dan merasa jijik melihat ada penampungan sampah warga sekitar 10 meter jaraknya dari tenda.
jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-seafood-jokteng-timbul

Petang ini saya tak lagi melihat bak ukuran 1 meter persegi itu, sudah hilang rata, berubah menjadi trotoar berconblok dan bersih dari sampah. Malahan di lokasi tersebut dipakai anak-anak berkumpul melatih ketrampilan bermain drum band dengan suara kencang. Lumayan untuk menghibur denok supaya tak bosan saat menunggu pesanan.
jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-seafood-jokteng-timbul

Menu kami malam ini adalah ikan kakap putih ukuran sedang yang dimasak dengan saus tiram. Ikannya bisa memilih sendiri di coolbox besar berisi ikan bawal, kakap, bandeng, nila dan gurameh. Kalau hendak memesan makanan yang bukan ikan juga tersedia, silahkan memilih antara udang, cumi, kepiting dan kerang. Supaya pikiran tetap merasa sehat karena sering menyantap hidangan non rumahan, kami memesan pula sepiring capcay goreng tidak pedas, beserta nasi putih dan jeruk panas. Jarang sekali kami minum es setelah makan, bisa jadi karena terpengaruh kebiasaan orang Jogja yang lebih suka minuman hangat daripada dingin.

jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-seafood-jokteng-timbul
Tak lama capcay gorengpun datang. Sepiring berisikan sayuran dan beberapa potong udang serta cincangan cumi. Tumben si denok memilih makan nasi berlauk udang, bosan barangkali dia karena keseringan saya jejali ikan hahaha..Capcay goreng yang disajikan kurang menarik hati, warnanya pucat dan minim variasi. Isinya hanya daun sawi putih dan daun bawang dan kembang kol dan kembang kol lagi. Tak ada wortel yang sebenarnya bisa mempermanis tampilannya. Dicampur dengan 6 ekor udang kupas ukuran sedang dan cincangan cumi. Untuk rasanya juga masih jauh dari harapan. Tak ada kecap asin, tak ada sambal. Kami terpaksa meminta garam dan lada untuk menyempurnakan citarasanya. Dengan banderol harga 15 ribu seporsi, menurut saya menu ini tak layak untuk dipesan ulang jika kelak berkunjung lagi.

jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-seafood-jokteng-timbul
Ikan kakap yang kami tunggu akhirnya datang. Nampak menggoda karena ukurannya cukup besar dan berdaging tebal. Dipotong menjadi beberapa bagian, kemudian digoreng dulu hingga matang baru diolah lagi dalam saus tiram. Saat mencicip, anehnya kok kami tidak bisa merasakan jejak saus tiramnya, Yang dominan malah rasa pedas dari potongan cabai rawit oranye dan kecap manis. Jangan-jangan kami salah pesan! Saat saya konfirmasikan ulang ke bapak yang memasak, ternyata jawabannya cukup mengecewakan. Jelas di menu tertulis 2 pilihan yaitu saus tiram atau asam manis, tapi ternyata bapak ini tak setetespun menggunakan saus tiram. Sebagai gantinya adalah kecap dan cabai, karena harga saus tiram mahal kilahnya. Jika demikian, sebaiknya menunya ganti saja dengan pilihan ikan kakap manis pedas alih-alih saus tiram. Meski kecewa daging ikannya cukup lumayan menghibur saya. Kenyal dan segar tanpa aroma amis. Dengan harga 60 ribu per porsi ikan ini lumayan mahal menurut saya karena terakhir makan ikan kakap segar yang digoreng dengan ukuran yang kurang lebih sama di tempat lain cukup membayar 48 ribu saja. Daftar menu yang ada di warung ini tidak mencantumkan harga jadi ada baiknya bertanya dulu estimasi harga makanan sebelum memesan. Saat kami duduk makan, ada seorang pengunjung yang nampak kaget saat diharuskan membayar tagihan olahan kepitingnya sebesar 300 ribu lebih hanya untuk makan bertiga.

Ternyata menemukan tempat makan di warung tenda yang ideal di kota Jogja lumayan sulit ya..

Friday, September 18, 2015

B2? Siapa takut. HELLO KITTY PASAR TERBAN

"Berani gak nulis ulasan masakan daging babi? "
Seorang teman pernah menanyakan hal itu ke saya. Saat itu saya cuma menjawab 'mmmmh...' sambil nyengir ga jelas.

Memang tidak semua orang boleh dan mau makan daging babi. Jangankan babi, kangmas saya & anak istrinya saja menolak makan lele & semua ikan tak bersisik. Tapi itu kan mereka.. Saya pribadi memang tidak hobi2 amat menyantap daging ini tapi juga tidak akan menolak jika terhidang di depan hidung saya hehehehe..

Saat awal tinggal di Jogja beberapa tahun yang lalu, saya agak kaget karena di penjuru kota ini bertebaran tulisan masakan B2 dan B1. Ada juga sih yang nama dagangannya disamarkan dengan istilah 'jamu'. Bertambah rasa heran saya karena beberapa kali saya makan di tempat beginian ada juga pengunjung yang ikut makan memakai atribut keagamaan yang menunjukkan kalau daging ini terlarang versi agama mereka. Kembali lagi, tapi itu kan merekaaaa...

Kebanyakan daging B2 yang saya cicipi diolah dengan bumbu oriental ala restoran chinese, tapi ah, citarasanya sudah terlalu biasa. Kali ini saya akan bercerita tentang masakan daging B2 yang diolah dengan citarasa Jawa khas Jogja. Pokoknya Jogja banget deh bumbu dan rasanya meskipun yang diolah bukan daging sapi,kambing atau ayam dan sejenisnya. Warung ini tak berjuluk dan tak bernama. Saat saya tanyakan namanya, si ibu malah cuma nyengir lebar tanpa menjawab pertanyaan saya. Dahulu kami agak kesulitan mencari lokasinya karena memang tenda ini tak diberi nama, dan saya hanya dibekali petunjuk berupa "Hello Kitty" oleh adik sepupu saya. Baiklah... jika demikian halnya, meski sekilas saya tebak namanya warung Valentin tapi kita sebut saja Warung tenda Hello Kitty ya..

Warung tenda ini berada di Jl C Simanjuntak Jogja, tepatnya di pelataran parkiran Pasar Terban. Dahulu mereka membuka warung di pinggir jalan seberang Pasar Terban, tapi saat lokasi yang mereka pakai dibangun menjadi masjid, mereka lalu hijrah ke seberang. Dalam benak saya saat belum melihat wujud warungnya adalah warung yang gelap dan kotor. Maklum, ada di wilayah pasar gitu loh... Padahal ternyata hanya kurang lampu penerang saja. Aktivitas di Pasar Terban ini hanya ada di siang hari sehingga pihak Pemkot hanya memasang lampu jalan secukupnya di areal parkiran yang sangat luaaaass. Akibatnya meskipun pemilik warung sudah menambah lampu penerang tapi tetap saja tak mampu menjangkau sudut-sudut parkiran yang gelap.

Disebut warung Hello Kitty karena terpal tenda dihiasi gambar Hello Kitty. Piring sajinya pun juga berbentuk Hello Kitty. Botol kecapnya berbentuk badan Hello Kitty (tapi saya lupa memotretnya hehehe). Makanan yang disajikan saat ini hanya memakai daging B2, nothing else. Tongseng babi, sate babi, babi panggang, nasi goreng babi,babi kecap.., hanya itu sebagian menu yang saya ingat karena tiap kali makan disini tak pernah diberi nota.

Sensasi makan disini sungguh berbeda dengan makan B2 di restoran China. Rasa masakannya cenderung manis, agak pedas, tapi terasa gurih tanpa sentuhan rasa saos-saosan seperti chinese food pada umumnya. Bumbu utama yang mereka gunakan juga hanya bawang merah, bawang putih, jahe, lada, garam, gula dan kecap (hingga saat ini saya masih belum berhasil menemukan jejak bawang bombay).

Sore ini kami kebetulan datang saat tenda sedang penuh pengunjung. Terpaksa kali ini duduk di lesehan beralas tikar di atas aspal lahan parkiran. Berada persis di belakang mbak yang memanggang sate membuat saya ngeces karena asapnya yang harum berkeliaran kemana mana terbawa angin senja. 1 porsi sate berisi 5 tusuk dengan harga 18 ribu segera terhidang di depan lutut karena si mbak mungkin pusing mendengar celotehan saya tentang aromanya. Rasanya hmm.. yummy.. manisnya sangat pas, beda jauh jika dibandingkan dengan manisnya sate yang biasanya menyertai Nasi Campur Chinese restoran. Yang ini manis dan agak pedas karena bertabur lada dengan rasa bumbu bawang putih campur kecap & sedikit ketumbar. Mungkin bumbunya mirip sate kambing hanya saja dagingnya memakai daging babi. Kepalang tanggung, kamipun memesan tongseng yang tersaji dalam piring Hello Kitty. Dengan harga 14 ribu,  seporsi sangat cukup untuk teman makan nasi malam ini. Semuanya daging, tanpa lemak. Rasanya manis dan pedas...pedas lada dan pedas cabai rawit oranye ditambah sedikit pedas jahe membuat tempat ini makin mengukuhkan dirinya sebagai warung B2 lidah Jawa.

Sepertinya primadona makanan disini adalah nasi goreng, karena rata-rata pengunjung memesan itu untuk makan malam mereka. Kami pun turut mencoba. Ternyata memang menunggunya sungguh lama, meskipun sedari awal ibu pemasak sudah memberitahu bahwa antriannya lumayan banyak. Saat makanan lain sudah kami habiskan, nasi gorengnya baru datang. Di luar dugaan, porsinya ternyata sungguh dewasa. Besaaaar sekali, cukup untuk makan 2 orang jika mengikuti ukuran perut saya dan suami. Nasi goreng berbumbu khas Jogja, manis dan pedas nikmat disantap dengan irisan kol dan tomat merah. Potongan dagingnya juga banyak, bertaburan tersembunyi didalam nasi goreng yang berharga 16 ribu rupiah. Cukup pantaslah karena porsinya memang jumbo menurut saya.

Sore itu saya perhatikan pengunjungnya datang dari beragam latar belakang, dari yang berkulit hitam hingga kuning langsat, dari yang berambut keriting hingga yang lurus. Barangkali  mereka rindu masakan kampung halaman. Jadi, saat rindu rasa masakan B2 yang berbeda? Tentu saja Hello Kitty pasar Terban adalah tempatnya.



Thursday, September 17, 2015

Warung Tenda Nasi Uduk 69 Mangkuyudan Yogyakarta

jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-nasi-uduk
Beberapa hari terakhir ini lagi suka makan di warung tenda, bisa-bisa kalau tulisan saya sudah jadi nanti akan menjadi War-Ten The Series hehe..
Kali ini kami mampir ke Warung Tenda Nasi Uduk 69 Jl Mangkuyudan Yogyakarta tak jauh dari ruas jalan Parangtritis.

jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-nasi-udukjogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-nasi-udukLokasi warung tenda ini sebenarnya lumayan luas, karena dapur terletak di belakang sehingga areal depan seluruhnya bisa untuk menampung pengunjung yang hendak makan. warung ini mulai melayani pembeli sejak jam 6 sore hingga tengah malam. Di sini selain tersedia kursi dan meja panjang, ada juga areal lesehan. Yang menarik dari tempat ini adalah seringnya kami melihat anak-anak yang diajak makan dan bermain di area lesehan. Mungkin karena lesehannya beralaskan karpet dan tikar dan diterangi lampu yang lumayan terang sehingga para orang tua berminat untuk makan sambil mengajak anak-anaknya serta.

Saat kami duduk dan menunggu makanan, seperti biasa ada beberapa anak yang bermain bersama keluarganya. Denok kecil yang duduk manis di samping saya hanya diam sambil memperhatikan mereka. Tapi mendadak dia mencondongkan badan ke arah saya dengan mata tak lepas dari pemandangan didepannya sambil berbisik pelan.. 'Ma, besok aku dibeliin adik ya.., di toko Progo aja". Sempat tertegun saya sejenak disusul tawa kecil saya sambil menyenggol lengan bapaknya. Fiuh, sepertinya edukasi tentang anak tunggal perlu lebih sering disampaikan....

jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-nasi-udukjogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-nasi-uduk
Kembali tentang makanan.. menu pilihan kami masih belum berubah meskipun tidak bermaksud untuk melakukan perbandingan. Walaupun warung ini menyediakan menu ayam, bebek, puyuh serta ikan, pilihan kami tetaplah Nila, Lele dan Bawal. Minumnya pun standar, jeruk panas. Kali ini kami memesan nasi putih dan seporsi nasi uduk yang dijadikan andalan penjualan warung tenda 69. Saat mendekat ke etalase dagangan, untaian petai yang digantung di pojokan begitu menggoda untuk digoreng ataupun bakar, namun untunglah kami masih mampu menahan diri untuk tidak memesannya. Kenikmatan menyantap petai menurut saya masih tak sebanding dengan jerih payah menghilangkan baunya. Tak lupa kami juga memesan seporsi tahu dan tempe goreng sebagai pelengkap hidangan.
jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-nasi-uduk
Kala makanan disajikan, hmm... memang porsinya berbeda dengan warung selera sambel mentah yang kami kunjungi beberapa waktu yang lalu. Ikan disini lebih besar dan sebenarnya selain menu goreng juga tersedia menu bakar. Pilihan lalapan lebih lengkap, ada terong dan petai jika menghendaki tentunya dengan tambahan harga. Jika tidak ada tambahan pesanan maka standar lalapannya hanya berupa kol dan daun selada.  Rasa ikannya biasa saja, bumbunya menurut saya agak kurang meresap ke daging ikan. Bisa jadi karena daging ikannya lumayan tebal dan bumbu hanya dilumurkan sesaat sebelum digoreng atau dibakar. Rasa nasi uduknya pas, tidak keasinan, meskipun tidak segurih nasi uduk Condet yang dulu biasa saya beli untuk sarapan. Sebanding dengan ukuran ikannya, maka harganya pun termasuk lumayan untuk ukuran makanan warung tenda. Harga seporsi nila dan bawal berikut nasinya berkisar diangka 17-20 ribu sedangkan lele di angka 12 ribu rupiah.
jogja-jajan.blogspot.com-warung-tenda-nasi-uduk
Lokasi warung tenda Nasi Uduk 69 sebenarnya ada 3. Yang saya tahu lokasinya baru 2 yaitu seberang pasar Niten Bantul & Jl Mangkuyudan Yogya, tapi kata mas yang jaga masih ada 1 tenda lagi yang berlokasi di Jl Imogiri. Pasang surutnya warung ini juga sudah kami saksikan. Saat mereka buka pertama kali di emperan jalan hingga kemudian mampu menyewa kios dan akhirnya kembali ke emperan ini lagi. Barangkali hoki warung tenda ini memang di emperan jalan, atau mungkin juga karena para calon pengunjung lebih merasa nyaman jika tak harus masuk ke dalam ruangan.

SELERA SAMBEL MENTAH PAKUALAMAN JOGJAKARTA

Tualang makan malam ini berujung di warung tenda (lagi).. Kali ini kami kembali ke tempat yang sudah kami kenal sejak si denok masih dalam kandungan. Dahulu kami sering sekali bertandang kesini untuk malan malam. Ngidam?? Bukaaan............ tapi karena warung tenda ini salah satu penawar kelaparan saat menunggu antrian dokter Amino DSOG yang prakteknya seringkali diatas jam 7 malam. Lagipula lokasi klinik juga tak terlalu jauh dari warung. Kala itu kami baru beberapa bulan kembali mukim di Jogja sehingga saat membaca produk unggulan warung tenda ini, yaitu sambel mentah, rasanya seneng surprise gimana gitu. Setelah beberapa lama kami baru sadar ternyata di Jogja kota, meski tak semua, tapi banyak warung tenda yang juga menyediakan sambal mentah dalam lini produknya...
jogja-jajan.blogspot.com-selera-sambel-mentah

jogja-jajan.blogspot.com-selera-sambel-mentah
Warung Selera Sambel Mentah ini berlokasi di seberang pelataran Pura Pakualaman, menempati trotoar jalan Sultan Agung sisi selatan. Dikelola sepasang suami istri, buka sejak pukul 5 sore hingga jam 11 malam. Selain sambalnya. ada beberapa hal yang membuat kami terkesan. Antara lain pelayanan yang mereka berikan, baik dari yang kami alami sendiri maupun saksikan terhadap pengunjung yang lain. Mereka tak segan mengganti makanan yang disajikan jika sedikit saja meleset dari pesanan awal. Contohnya, buntut ikan. Si denok suka sekali makan buntut ikan goreng, jadi dimanapun kami beli ikan selalu berpesan 'Buntutnya jangan hilang, ya pak..' Suatu kali pernah ikan gorengnya tersaji tanpa buntut. Saat kami ingatkan, buru-buru segera diganti dengan ikan yang ukurannya malah lebih besar dari semula disertai dengan permintaan maaf.
jogja-jajan.blogspot.com-selera-sambel-mentah

jogja-jajan.blogspot.com-selera-sambel-mentah
Warung ini menyediakan menu ikan, ayam dan juga burung dara. Semuanya terbatas dalam versi gorengan. Tersedia pula tempe dan tahu jika menginginkan. Pilihan sambal yang ditawarkan ada 2 macam, sambal terasi dan sambal bawang. Jika tak suka pedas, level pedas bisa diturunkan. Tapi biasanya jika tidak ada pesan khusus, pedasnya disetel di level maksimum. Cabai rawit yang umumnya dipakai di Jogja adalah jenis cabai rawit oranye yang pedesnya 'endess banget dah' meminjam istilah teman saya yang doyan makan pedas. Jumlah bawang putih untuk sambal juga bisa menyesuaikan dengan kehendak pemesan. Dinamakan sambal mentah karena semua bahan sambal diulek langsung di atas cobeknya kemudian disajikan. Untuk sambal terasi, biasanya disertakan pula sepotong jeruk nipis untuk menambah citarasa sambal mentahnya. Bagi saya pribadi, dibanding sambal terasinya maka rasa sambal bawang jauh lebih nendang. Secolek kecil saja sudah sanggup membuat saya terharu alias ingusan.. ih, menjijikkan sekali saya ya..hahahaha
jogja-jajan.blogspot.com-selera-sambel-mentah


jogja-jajan.blogspot.com-selera-sambel-mentah
Kembali ke menu pesanan. Seperti biasa, makanan yang kami pesan masih belum beranjak dari menu ikan. Nila, Lele & Bawal. Sebenarnya warung tenda ini tidak menjual sesuatu yang special, hanya ayam/burung/ikan berbumbu yang digoreng lalu disajikan. Ukurannya juga standar, cukup untuk satu kali makan. Lalapannya sederhana, berupa potongan kol dan kacang panjang. Kadang kami suka request tomat sebagai tambahan lalapan, 1 piring berisi sekitar 2 butir tomat yang dipotong-potong dengan tambahan harga seribu rupiah saja. Harga yang tertera di daftar menu sudah include dengan nasinya. Jika dibeli terpisah, nasi putih dihargai 3 ribu rupiah dengan kualitas beras yang lumayan. Putih, bersih dari kulit beras/gabah, dan hangat. Sebagai perbandingan, rata-rata harga lele goreng di warung tenda Jogja berkisar di angka 7-8 ribu rupiah, dan harga ikan nila/bawal sekitar 15 ribu rupiah. Jadi harga yang dipatok di tempat ini masih tergolong harga standar warung tenda Jogja.
jogja-jajan.blogspot.com-selera-sambel-mentah
jogja-jajan.blogspot.com-selera-sambel-mentah


Thursday, September 10, 2015

Sate Klathak Pak Pong Imogiri


jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murahJalan-jalan sore ini sebenarnya hendak jajan ke Paseban, alun-alun kota Bantul yang arealnya tak terlalu luas namun cukup sering kami kunjungi. Dalam perjalanan, terbaca spanduk penjualan binatang untuk kurban Idul Adha tanggal 24 mendatang. Meskipun saya tahu jerohan kambing tinggi kolesterolnya dan daging kambing tidak baik untuk asam urat tapi di benak saya tetap saja yang terbayang adalah etalase kaca dengan daging kambing yang tergantung-gantung didalamnya. Jiaah...mendadak jadi ngidam sate deh kayakna .......

Ngomongin soal sate, paling pas rasanya kalau berkunjung langsung ke pusatnya sate kota Yogyakarta tercintah.. yaitu Imogiri. Di sepanjang jalan Imogiri Timur berjejer-jejer puluhan warung sate kambing yang lokasinya saling berdekatan. Kebanyakan warung-warung tersebut berpenampilan sederhana, bahkan terkesan kotor. Kami pernah makan disalah satu warung tersebut dan kebingungan saat si denok kebelet pup sementara warung itu tak menyediakan kamar kecil. Terpaksa jalan kaki menggendongnya sambil tolah toleh rumah tetangga minta ijin nebeng ke toiletnya. Mengingat pengalaman (pahit) itu, kali ini kamipun mencari warung sate yang paling ramai yang pasti menyediakan toilet untuk pengunjungnya. Tak lain dan tak bukan Sate Pak Pong yang akhirnya menjadi tujuan perjalanan. 

jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah
Sate Pak Pong terletak di Jalan Stadion Sultan Agung (Jl Imogiri Timur Km 7) Wonokromo Bantul Yogyakarta. Meskipun terletak diluar kota tetapi cukup mudah dicari. Dari Ring Road Selatan lokasi Terminal Bus AKAP Giwangan ambil arah lurus ke selatan hingga km 10, nanti ketemu pertigaan belok saja ke kanan sekitar 500 meter. Akan terlihat kelap kelip kuning lampu penunjuk arah dan beberapa petugas security berseragam siap mengamankan kendaraan. Posisi warung ada di sebelah kanan jalan, namun areal di seberang juga sudah dibangun menjadi parkiran dan ruang duduk tamu lengkap dengan ayunan anak di halaman depan. Semenjak berpartisipasi dalam event kuliner Festival Jajajan Bango di Yogyakarta beberapa bulan yang lalu, pengunjungnya semakin membludak saja. Buka setiap hari mulai jam 10 pagi hingga tengah malam.

jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah
Beberapa waktu lalu kami pernah datang kemari namun urung untuk memesan karena harus menunggu antrian selama 1.5 jam! Berkaca dari pengalaman, yang harus dilakukan pertama kali adalah mencari tempat duduk dulu dan sebutkan nomor meja di counter pemesanan. Jangan lupa tanyakan pula berapa lama harus menunggu pesanan. Menurut saya ini penting karena perut saya termasuk jenis yang kurang sabar jika harus menahan lapar. Mana tahan jika harus menunggu sambil membaui aroma makanan yang sedang dibakar. Untunglah kali ini tak terlalu banyak antrian, jadi 10 menit yang dijanjikan saya gunakan untuk menemani di denok bermain ayunan.
jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah

Warung Sate Pak Pong menghuni areal yang lumayan luas, memakai 2 lahan di utara dan selatan jalan. Fasilitasnya cukup lengkap, ada lesehan ada pula meja-meja besar. Toilet, musholla bahkan arena bermain anakpun turut disediakan. Bagian depan dipergunakan untuk memotong daging dan memasak makanan. Setumpuk arang kayu menunggu dipojokan siap untuk dipergunakan. Masuk ke dalam warung utama, ada counter pemesanan di sebelah kanan bersebelahan dengan kasir terpisah jarak selebar gang. Meja dan kursi serta lesehan menyebar hingga jauh ke bagian dalam. Beberapa selebritis pernah datang dan meninggalkan kenangan berupa foto mereka yang kemudian dipajang di dinding seputar ruangan. Sore itu bahkan Wulan Guritno melintas di depan meja kami bersama para pengiring dan dayang-dayang.

jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah

Sate Pak Pong menyediakan bermacam hidangan berbahan dasar daging kambing. Tak sembarang kambing yang dipakai melainkan daging kambing yang masih muda. Dagingnya yang masih lunak kemudian diolah menjadi sate, gule, tongseng, kicik, dan tengkleng. Ada dua macam sate yang disediakan, sate kecap manis dan sate klathak. Bedanya apa? Ya tentu saja bumbunya.. Sate kecap manis adalah sate konvensional yang mudah ditemukan di pasaran. Daging kambing yang sudah dibumbui akan dibakar lalu disajikan dengan irisan kol, bawang merah dan kecap manis tentunya. Sedangkan sate klathak adalah jenis sate yang berbumbu minimalis. Hanya menggunakan sedikit garam dan (mungkin sedikit) kemiri yang dibalurkan ke daging sebelum dibakar. Disajikan tanpa sayuran tapi memakai kuah. Semua makanan yang dimasak di sini menggunakan anglo dari tanah liat dan bara arang kayu yang membara. Aromanya.. duuuh.. luarbiasa menggoda. 

jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah
Kami memesan 2 porsi sate klathak dan sepiring gule babat. Sebagai mahluk omnivora pemakan daging, saya pilih sate klathak karena ingin menikmati keaslian rasa daging kambing muda. Jika daging yang dijual benar-benar pilihan dan segar, maka rasa satenya pasti enak, bukan karena bumbu yang menjadikan dagingnya enak. Seusai dibakar beberapa lama, sate disajikan diatas piring berikut tusukan satenya. Seporsi sate hanya berisi 2 tusuk saja meski demikian potongan dagingnya sungguh 'dewasa' :D. Tusuk satenya juga istimewa. Perhatikan saja ujung besi yang menempel pada foto sate saya. Tahukah anda bahwa itu adalah ujung dari besi jeruji roda sepeda? Bagi yang belum terbiasa makan sate klathak, silahkan coba kuah yang turut disertakan bersama satenya. Tapi bagi saya pribadi, demi untuk menikmati rasa khasnya, cukup dengan nasi putih saja tanpa kecap atau kuahnya. Kombinasi daging kambing muda, bumbu yang sederhana dan penggunaan arang kayu membara menciptakan rasa sate klathak yang khas, yaitu asin dan gurih.

jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah
Untuk membuktikan bahwa daging kambingnya memang pilihan, saya ujicoba sepotong sate ke denok kecil saya. Dia balita yang lebih suka makan sayuran daripada daging. Meski masih tetap belum bisa menelan kunyahan daging tapi juga tidak dimuntahkan. Malahan berkomentar 'enak ma, tapi aku gak suka". Memang dagingnya empuk dan gurih tanpa bau amis kambing seperti sate pada umumnya. Harga sate per porsi 19 ribu, dijamin tidak akan menyesal menikmatinya. 

jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah

Sepiring gule yang kami pesan berisi bagian jeroan, babat handuk dan usus dan paru. Jeroannya melimpah dan lunak. Menghemat energi saat mengunyah tanpa banyak susah payah. Sayang rasa kuahnya masih belum memuaskan, kurang rempah dan santannya terlalu encer. Kuah gulai ini berbeda dengan kuah di piring sate. Kuah gulai masih lebih terasa berbumbu sedangkan kuah sate lebih bening dan rasanya light.  Dengan harga 14 ribu per porsi, gulai ini masih terhitung murah ukuran Jogja.

jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah

jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah

Tak kalah menarik adalah penyajian minumannya. Pesanan jeruk panas disajikan lengkap dengan refillnya. Gula yang dipakai juga gula batu kuning yang harganya lebih mahal dari gula batu putih. Dengan harga 3 ribu per gelas, tentu masih terhitung murah mengingat banyak plus plus nya
Ah sudahlah, semakin banyak huruf dan kata yang saya tulis, semakin jelas kenangan bentuk dan rasa dan aromanya di benak saya. Lagi-lagi perut sayapun menjadi lapar kembali...

jogja-jajan.blogspot.com-sate-klatak-pong-kambing-imogiri-murah