"Berani gak nulis ulasan masakan daging babi? "
Seorang teman pernah menanyakan hal itu ke saya. Saat itu saya cuma
menjawab 'mmmmh...' sambil nyengir ga jelas.
Memang tidak semua orang boleh dan mau makan daging babi. Jangankan babi, kangmas saya & anak istrinya saja menolak makan lele & semua ikan tak bersisik. Tapi itu kan mereka..
Saya pribadi memang tidak hobi2 amat menyantap daging ini tapi juga
tidak akan menolak jika terhidang di depan hidung saya hehehehe..
Saat awal tinggal di Jogja beberapa tahun yang lalu, saya agak kaget
karena di penjuru kota ini bertebaran tulisan masakan B2 dan B1. Ada
juga sih yang nama dagangannya disamarkan dengan istilah 'jamu'.
Bertambah rasa heran saya karena beberapa kali saya makan di tempat
beginian ada juga pengunjung yang ikut makan memakai atribut
keagamaan yang menunjukkan kalau daging ini terlarang versi agama
mereka. Kembali lagi, tapi itu kan merekaaaa...
Kebanyakan daging B2 yang saya cicipi diolah dengan bumbu oriental ala restoran
chinese, tapi ah, citarasanya sudah terlalu biasa. Kali ini saya
akan bercerita tentang masakan daging B2 yang diolah dengan citarasa
Jawa khas Jogja. Pokoknya Jogja banget deh bumbu dan rasanya
meskipun yang diolah bukan daging sapi,kambing atau ayam dan
sejenisnya. Warung ini tak berjuluk dan tak bernama. Saat saya
tanyakan namanya, si ibu malah cuma nyengir lebar tanpa menjawab
pertanyaan saya. Dahulu kami agak kesulitan mencari lokasinya karena
memang tenda ini tak diberi nama, dan saya hanya dibekali petunjuk
berupa "Hello Kitty" oleh adik sepupu saya. Baiklah... jika demikian
halnya, meski sekilas saya tebak namanya warung Valentin tapi kita sebut saja
Warung tenda Hello Kitty ya..
Warung tenda ini berada di Jl C Simanjuntak Jogja, tepatnya di
pelataran parkiran
Pasar Terban. Dahulu mereka membuka warung di
pinggir jalan seberang Pasar Terban, tapi saat lokasi yang mereka
pakai dibangun menjadi masjid, mereka lalu hijrah ke seberang. Dalam
benak saya saat belum melihat wujud warungnya adalah warung yang gelap dan
kotor. Maklum, ada di wilayah pasar gitu loh... Padahal ternyata
hanya kurang lampu penerang saja. Aktivitas di Pasar Terban ini
hanya ada di siang hari sehingga pihak Pemkot hanya memasang
lampu jalan secukupnya di areal parkiran yang sangat luaaaass.
Akibatnya meskipun pemilik warung sudah menambah lampu penerang tapi tetap saja tak mampu menjangkau sudut-sudut parkiran yang gelap.
Disebut warung Hello Kitty karena terpal tenda dihiasi gambar Hello
Kitty. Piring sajinya pun juga berbentuk Hello Kitty. Botol kecapnya
berbentuk badan Hello Kitty (tapi saya lupa memotretnya hehehe). Makanan yang disajikan saat ini hanya memakai daging B2,
nothing else.
Tongseng babi, sate babi, babi panggang, nasi goreng babi,babi kecap.., hanya
itu sebagian menu yang saya ingat karena tiap kali makan disini tak pernah
diberi nota.
Sensasi makan disini sungguh berbeda dengan makan B2 di
restoran China. Rasa masakannya cenderung manis, agak pedas, tapi
terasa gurih tanpa sentuhan rasa saos-saosan seperti chinese food
pada umumnya. Bumbu utama yang mereka gunakan juga hanya bawang
merah, bawang putih, jahe, lada, garam, gula dan kecap (hingga saat
ini saya masih belum berhasil menemukan jejak bawang bombay).
Sore ini kami kebetulan datang saat tenda sedang penuh pengunjung.
Terpaksa kali ini duduk di lesehan beralas tikar di atas aspal lahan
parkiran. Berada persis di belakang mbak yang memanggang sate
membuat saya ngeces karena asapnya yang harum berkeliaran kemana
mana terbawa angin senja. 1 porsi
sate berisi 5 tusuk
dengan harga 18 ribu segera terhidang di depan lutut karena si
mbak mungkin pusing mendengar celotehan saya tentang aromanya. Rasanya hmm.. yummy..
manisnya sangat
pas, beda jauh jika dibandingkan dengan manisnya sate yang biasanya
menyertai Nasi Campur Chinese restoran. Yang ini manis dan agak
pedas karena bertabur lada dengan rasa bumbu bawang putih campur kecap & sedikit ketumbar. Mungkin
bumbunya mirip sate kambing hanya saja dagingnya memakai daging
babi. Kepalang tanggung, kamipun memesan
tongseng yang
tersaji dalam piring Hello Kitty. Dengan harga 14 ribu, seporsi
sangat cukup untuk teman makan nasi malam ini. Semuanya daging,
tanpa lemak. Rasanya manis dan pedas...pedas lada dan pedas cabai
rawit oranye ditambah sedikit pedas jahe membuat tempat ini makin
mengukuhkan dirinya sebagai warung B2 lidah Jawa.
Sepertinya primadona makanan disini adalah
nasi goreng,
karena rata-rata pengunjung memesan itu untuk makan malam mereka.
Kami pun turut mencoba. Ternyata memang menunggunya sungguh lama,
meskipun sedari awal ibu pemasak sudah memberitahu bahwa antriannya
lumayan banyak. Saat makanan lain sudah kami habiskan, nasi
gorengnya baru datang. Di luar dugaan, porsinya ternyata sungguh
dewasa. Besaaaar sekali, cukup untuk makan 2 orang jika mengikuti
ukuran perut saya dan suami. Nasi goreng berbumbu khas Jogja, manis
dan pedas nikmat disantap dengan irisan kol dan tomat merah.
Potongan dagingnya juga banyak, bertaburan tersembunyi didalam
nasi goreng yang berharga 16 ribu rupiah. Cukup pantaslah karena
porsinya memang jumbo menurut saya.

Sore itu saya perhatikan pengunjungnya datang dari beragam latar belakang, dari yang berkulit hitam hingga kuning langsat, dari yang berambut keriting hingga yang lurus. Barangkali mereka rindu masakan kampung halaman. Jadi, saat rindu rasa masakan B2 yang berbeda? Tentu saja Hello Kitty pasar Terban adalah tempatnya.