Sangat sadar bahwa perut anak saya pasti lapar usai euforia balerina, sore itu suami membawa kami ke Jogja Paradise. Ini salah satu oase kami untuk lari sebentar dari keruwetan memikirkan menu makan malam. Lokasinya masih di dalam kota, tepatnya di Jalan Magelang km 6 Jogjakarta, tepat di selatan Indogrosir dan di seberang Jogja City Mall. Parkirnya luas bahkan bisa parkir di area dalam restoran. Terdiri dari belasan tenant dengan konsep foodcourt. Ada pula tenant yang terpisah dengan konsep resto/cafe. Saya pribadi suka tempat ini karena spacious, lapang... dengan taman terbuka yang sejuk dan playground di bagian tengah taman. Mungkin 70% dari keseluruhan area adalah taman dan parkiran, jadi kalau mau nongkrong berjam-jam pun tidak akan terasa bosan. Sambil berbincang dengan suami, saya mudah mengawasi anak saya bermain perosotan dan ayunan hingga puas. Biasanya setelah jam 6 sore mulai banyak keluarga muda yang membawa serta anaknya untuk makan disini. Jika sudah demikian, denok kami lebih memilih berlarian dengan teman-teman barunya mengelilingi taman yang sangat luas ini. Hitung-hitung olahraga dulu, sekaligus meningkatkan nafsu makan.
Lokasi dan suasana memang cukup asik dan menyenangkan, harga makanan standar ukuran mall tapi harga minumannya relatif tinggi untuk ukuran kami. Pilihan menu bervariasi, olahan chinesee food, japanese, thailand atau indonesian food semua ada. Beberapa yang sudah kami coba antara lain steamboat, pempek, nasi langgi, sup magelang, risoles ningrat, sapo tahu, dan menu-menu di restoran Mie Jakarta. Kali ini kami hanya memesan sapo tahu seafood saja beserta nasi sedang untuk cemilan saya memilih pangsit goreng. Seporsi sapo tahu seafood seharga 35 ribu masih termasuk harga standar, sebanding dengan isiannya yang cukup banyak dan variatif. Beberapa ekor udang kupas dan potongan ikan kakap serta bakso mengisi mangkok sapo. Potongan tofu yang digoreng agak kering. Sayurannya tanpa sawi, hanya menggunakan wortel, jamur dan onion serta potongan daun bawang. Wortelnya dipotong dengan apik menyerupai bunga. Beda rumah makan beda pula jamur yang mereka pergunakan. Kali ini sapo tahu yang kami pesan menggunakan jamur merang kuncup dan jamur shiitake ukuran besar. Rasa masakannya menurut lidah saya sedikit keasinan tapi malah pas jika disantap bersama nasi.
Suami saya sudah seminggu lebih maag-nya kambuh, jadi selera makannya masih belum pulih makanya kami hanya memesan 1 menu saja malam ini. Sebagai variasi, saya memesan seporsi pangsit goreng kesukaan si denok. Meskipun pangsitnya tidak selezat pangsit goreng Bakmi GM di mall Pondok Indah, tapi cukuplah untuk teman ngemil sore ini.
Pangsitnya krispi tapi tidak mudah patah, dengan isian daging ayam cincang di salah satu ujungnya. Dicocol dalam saos yang terbuat dari sari tomat dan kaldu ayam yang diberi bumbu lada garam dan sedikit larutan maizena. Pangsit goreng Mie Jakarta dibanderol dengan harga 18 ribu dan berisi 5 lembar.
Untuk minuman saya hanya memesan teh hangat manis dan segelas lidah buaya. Seharusnya disajikan dingin tapi karena suami sedang tidak sehat jadi kami request tanpa es. Minuman Lidah buaya ini dihargai 11 ribu, hanya berisi sekitar 10 butir potongan lidah buaya. Well, sepotongnya berarti berharga seribu rupiah hahahaha. Barangkali sudah waktunya saya mulai belajar membuat es lidah buaya sendiri di rumah.
No comments:
Post a Comment