Cita-cita saya akhirnya tercapai! Sederhana sebenarnya, cuma
pengen foto keluarga. Rumah yang kami huni ini nyaris tanpa hiasan foto, bahkan
foto married aja tak kami pasang. Eh ralat ada 1 sebenarnya, tapi itupun bukan
foto melainkan semacam kolase beberapa gambar sbg hadiah dari pengasuh anak
saya pas ultah si denok ke-.3. Master foto utama sudah ada, tapi pengennya di-combine dengan foto almarhum mampap
mertua. Masak gitu aja ga ada yang bisa, emang teknologi photoshop belum
dipakai apa di studio2 foto sini? Gemes saya padahal beberapa foto studio (yang
konon) ternama sudah kami datangi, tapi jawabannya selalu 'nggak bisa". Pada akhirnya setelah sedikit debat plus maksa-maksa, akhirnya ada satu studio
foto yang bersedia merekayasa sebisa mereka. Kelar negosiasi komposisi dan
harga, perut saya langsung terasa laparnya. Berhubung studio ini terletak di
depan kampus UNY maka kamipun menuju ke arah Gejayan sebagai lokasi terdekat
yang punya banyak penjual makanan. Dixie Easy Dining menjadi tujuannya.
Berlokasi di Jl Affandi no 40B Gejayan Yogyakarta, tempat ini menurut saya tak hanya asik buat nongkrong tapi juga buat makan karena menyediakan banyak pilihan, seperti menu Indonesia, Oriental, Western & Jepang. Cocok banget dengan tagline-nya : easy dining. Wifi gratis dengan sinyal kuat juga menjadi magnet bagi para anak muda yang merupakan mayoritas pengunjung tempat ini. Parkiran luas tersedia di halaman belakang. Tempat duduk juga banyak pilihan, mau di lantai bawah atau di lantai atas. Bedanya, kalau lantai bawah non AC sedangkan lantai atas full AC.
Berlokasi di Jl Affandi no 40B Gejayan Yogyakarta, tempat ini menurut saya tak hanya asik buat nongkrong tapi juga buat makan karena menyediakan banyak pilihan, seperti menu Indonesia, Oriental, Western & Jepang. Cocok banget dengan tagline-nya : easy dining. Wifi gratis dengan sinyal kuat juga menjadi magnet bagi para anak muda yang merupakan mayoritas pengunjung tempat ini. Parkiran luas tersedia di halaman belakang. Tempat duduk juga banyak pilihan, mau di lantai bawah atau di lantai atas. Bedanya, kalau lantai bawah non AC sedangkan lantai atas full AC.
Awalnya kami memilih untuk duduk di lantai atas, tapi pas kami membuka pintu dan melangkah masuk.. brrr... uhuk.. rupanya tempat duduk smoking dan non smoking ada di satu lantai, hanya beda ruangan tapi tanpa sekat! Kabur deh kami ke lantai bawah, memilih duduk berteman angin dan kericik gerimis sore.
Begitu duduk kami langsung disodori 3 buah buku menu yang berbeda. Rupanya tempat ini merupakan kompilasi (cie) dari 3 rumah makan yang berbeda yaitu Dixie (menjual mayoritas menu makanan Indonesia), Warung Pasta (makanan Italia) dan Warung Kopi Sruput (cafe). Kami memilih beberapa jenis makanan, Hainam Duck Rice, Beef Dice with Sweet Sauce & Chessy Freezy Pasta. Sambil menunggu makanan utama, kami memilih fruit salad sebagai appetiser. Berhubung cuaca hujan dan terasa agak dingin, segelas milo hangat dan satu pot Mint Tea kami pesan sebagai minuman.
Fruit salad yang tersaji merupakan campuran beberapa jenis buah-buahan yaitu pepaya, melon dan semangka. Kami meminta supaya mayonaise dipisah, dan rupanya yang tersaji bukan hanya mayo melainkan campuran dari mayonaise, sedikit susu kental manis putih dan Thousand Island dressing. Rasanya. yummy..
Pesanan kedua yang diantar adalah untuk denok yang suka banget sama keju dan pasta. Oh iya, disini bisa memilih mau makan pasta yang mana, fusili, fettucini atau spaghetti. Jadilah sore itu spaghetti disajikan dalam balutan cream yang rasanya super creamy, guriiih banget. Rasanya sudah creamy, nyusu, gurih, masih ditambah potongan keju sebesar lidi yang crispy (kapan2 mau nyoba bikin crispy cheese ah..). Harga 17 ribu-an tak menjadi halangan untuk menikmati lezatnya pasta ini.
Sejak duduk hinga mengantar pesanan, kami hanya dilayani oleh 1 waiter. Dan selama itu pula tak henti dia mengukur kepuasan kami sambil menjelaskan apapun yang kami tanya (tepatnya, yang saya tanya hehe). Saat Duck Hainan Rice datang, dan kami (baca : saya) bertanya mengapa warnanya hijau, dengan sabar dia menjelaskan bahwa itu adalah warna dari sari daun bawang. Nasinya sendiri terasa gurih karena dimasak bersama kaldu. Dalam piring itu juga terhidang saus kecap kaldu, sambal dan saus madu. Pas dicicipi, nasinya agak terlalu berminyak. Saus coklatnya terasa agak pedas karena dicampur dengan jahe dan lada dan beberapa lembar daun coriander. Porsi nasinya untuk kami terlalu banyak, sehingga secara keseluruhan tampilannya malah jadi kebanting karena daging bebeknya terkesan cuma sedikit. Tapi mengingat ini adalah harga mahasiswa dan porsinya jumbo, hitungan akhirnya malah jadi murah.
Untuk menetralisir rasa eneg, kami memilih mint tea yang tersaji dalam poci hijau blirik khas Jogja. Rasanya sedap, tak seperti rasa mint tea yang biasa kami minum. Pas saya buka penutupnya, olala... rupanya bukan hanya daun mint yang menjadi bahan utama tapi ada juga kapulaga dan beberapa butir cengkeh. Pantas saja rasanya sedap dan nikmat.
Berhubung curah hujan gerimis cukup membuat basah, maka kali ini tak ada foto tampak luar bangunan. Dixie menawarkan suasana makan yang tenang dan cukup enak, meski ada beberapa LGBT yang wira wiri disini. Wajar saja karena pramusajinya juga ada yang seperti itu, jadi pengunjungnya juga pasti ada yang sejenis. Mayoritas pengunjung adalah anak muda, sore itu saya tak melihat ada keluarga muda atau pengunjung senior disini, bisa jadi karena kami datang masih belum terlalu malam. untuk kami, bolehlah menjadi referensi makan (cukup) murah meriah dengan akses wifi gratisan yang sinyalnya lumayan kencang..
No comments:
Post a Comment