Kali ini pilihan saya jatuh di Grand Aston di Jl Urip Sumohardjo Yogyakarta (dahulu terkenal dengan sebutan Jalan Solo) . Lokasinya di pusat kota dan terletak di ruas jalan yang menjadi pusat perbelanjaan sejak tempo dulu. Penataan area dalam di hotel ini menurut saya bersih dan mewah, mulai dari pemilihan bahan kursi di lobby, penggunaan kaca besar yang seolah membuat ruangan nampak luas sehingga taman hijau diluar lobby kelihatan menyegarkan pandangan. Dan yang paling saya suka.... ada banyak ayunan kokoh yang empuk dan cantik dengan kain-kain berumbai yang membuat betah duduk berayun.
Aroma hotel ini juga harum yang tercium hingga kami keluar di lantai 3 menuju kolam renang outdoor. Kolam berukuran cukup besar dengan kedalaman 140 cm. Terlindung atap hotel, terdapat kolam renang anak berkedalaman 80 cm. Kolam anak dan dan kolam dewasa hanya dibatasi oleh tembok dengan penanda pelampung warna-warni yang mengapung di permukaan air. Bagi yang belum mahir berenang, hotel ini menyediakan pelampung ukuran anak-anak, juga tali keselamatan.
Untuk berenang, tamu non penghuni dikenakan biaya sebesar 50 ribu rupiah, dan hanya mendapatkan fasilitas handuk. Tiket dibayar dikasir spa. Di ruang spa yang seharusnya harum mewangi, kami malah mencium bau amis yang menusuk. Waktu saya sampaikan hal tersebut k petugas spa, rupanya ada tumpahan telur mentah di kursi yang belum sempurna dibersihkan.
Spa ini buka hingga jam 11 malam sedangkan kolam renang buka hingga jam 8 malam. Handuk dan kunci loker (jika membutuhkan) diambil di petugas Cinnamon Pool Bar yang terletak persis di samping kolam anak. Azan Magrib terdengar kala saya sudah beberapa saat berendam di air kolam yang dingin hingga membuat saya agak menggigil. Anak saya sudah duduk manis di kursi rotan berbentuk setengah lingkaran beralaskan busa empuk dengan penutup biru yang bisa dinaik/turunkan. Angin yang bertiup agak dingin membuat suami saya memutuskan untuk memesan sup yang bisa menghangatkan perut si denok.
Papa Roll Soup. Ini semacam zuppa soup tapi disajikan dengan cara yang unik. Mangkoknya terbuat dari roti panggang bulat yang dipotong sedikit dibagian atasnya. Mirip seperti penyajian kelapa muda yang dipapras bagian atasnya supaya bisa menjangkau daging kelapa. Berisikan krim kental yang terdiri dari bawang bombay, wortel, kentang, jamur, beef bacon dan sedikit daun kehijauan. Saya tak yakin apakah itu oregano, basil, atau thyme, yang jelas bukan seledri atau daun bawang. Sup ini sangat panas, jika tidak hati-hati lidah bisa terbakar karenanya. Melihat bentuk Papa Roll bread yang mirip kelapa muda, si denok langsung mengambil dan memakan bagian atasnya. Rasanya gurih, sangat cocok menjadi appetizer sore itu. Setelah ditambah pajak dan service charge, harga sop ini hampir menyamai tiket berenang saya.
Lampu-lampu di dalam kolam mulai dinyalakan.. hari menjelang jam 7 malam namun masih banyak yang berdatangan untuk berenang. Meskipun airnya terasa dingin, tapi sangat bersih dan jernih dan tidak berbau kaporit atau bahan pembersih kolam renang. Kebersihan air kolam rupanya sangat dijaga oleh Grand Aston yang tentunya tidak ingin tercoreng reputasinya sebagai hotel bintang 5. Bisa juga karena hotel ini tergolong baru, mungkin diresmikan sekitar 3 tahun yang lalu.