Saturday, February 27, 2016

Grand Aston Jl Urip Sumohardjo Yogyakarta, Berenang bersama Papa Roll

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-aston-renang-yogya-soup-zuppa
Tualang renang kali ini masih mencari kolam yang menyediakan makanan yang hangat. Saya memang cenderung memilih berenang tidak di kolam renang umum dengan beberapa pertimbangan. Harus masih buka seusai jam kerja, airnya tidak kotor dan musti bisa nyaman bersama keluarga. Membawa serta anak dan suami (yang tidak ikutan berenang) tentu membuat pilihan kolam renang jadi tak terlalu bebas. Oleh karena itu saya mencari kolam yang bisa duduk nyaman saat menunggu, sukur-sukur sekalian yang menyediakan cemal cemil buat ganjal perut si kecil.

Kali ini pilihan saya jatuh di Grand Aston di Jl Urip Sumohardjo Yogyakarta (dahulu terkenal dengan sebutan Jalan Solo) . Lokasinya di pusat kota dan terletak di ruas jalan yang menjadi pusat perbelanjaan sejak tempo dulu. Penataan area dalam di hotel ini menurut saya bersih dan mewah, mulai dari pemilihan bahan kursi di lobby, penggunaan kaca besar yang seolah membuat ruangan nampak luas sehingga taman hijau diluar lobby kelihatan menyegarkan pandangan. Dan yang paling saya suka.... ada banyak ayunan kokoh yang empuk dan cantik dengan kain-kain berumbai yang membuat betah duduk berayun.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-aston-renang-yogya-soup-zuppa

Aroma hotel ini juga harum yang tercium hingga kami keluar di lantai 3 menuju kolam renang outdoor. Kolam berukuran cukup besar dengan kedalaman 140 cm. Terlindung atap hotel, terdapat kolam renang anak berkedalaman 80 cm. Kolam anak dan dan kolam dewasa hanya dibatasi oleh tembok dengan penanda pelampung warna-warni yang mengapung di permukaan air. Bagi yang belum mahir berenang, hotel ini menyediakan pelampung ukuran anak-anak, juga tali keselamatan.

Untuk berenang, tamu non penghuni dikenakan biaya sebesar 50 ribu rupiah, dan hanya mendapatkan fasilitas handuk. Tiket dibayar dikasir spa. Di ruang spa yang seharusnya harum mewangi, kami malah mencium bau amis yang menusuk. Waktu saya sampaikan hal tersebut k petugas spa, rupanya ada tumpahan telur mentah di kursi yang belum sempurna dibersihkan.

Spa ini buka hingga jam 11 malam sedangkan kolam renang buka hingga jam 8 malam. Handuk dan kunci loker (jika membutuhkan) diambil di petugas Cinnamon Pool Bar yang terletak persis di samping kolam anak. Azan Magrib terdengar kala saya sudah beberapa saat berendam di air kolam yang dingin hingga membuat saya agak menggigil. Anak saya sudah duduk manis di kursi rotan berbentuk setengah lingkaran beralaskan  busa empuk dengan penutup biru yang bisa dinaik/turunkan. Angin yang bertiup agak dingin membuat suami saya memutuskan untuk memesan sup yang bisa menghangatkan perut si denok.  
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-aston-renang-yogya-soup-zuppa

Papa Roll Soup. Ini semacam zuppa soup tapi disajikan dengan cara yang unik. Mangkoknya terbuat dari roti panggang bulat yang dipotong sedikit dibagian atasnya. Mirip seperti penyajian kelapa muda yang dipapras bagian atasnya supaya bisa menjangkau daging kelapa. Berisikan krim kental yang terdiri dari bawang bombay, wortel, kentang, jamur, beef bacon dan sedikit daun kehijauan. Saya tak yakin apakah itu oregano, basil, atau thyme, yang jelas bukan seledri atau daun bawang. Sup ini sangat panas, jika tidak hati-hati lidah bisa terbakar karenanya. Melihat bentuk Papa Roll bread yang mirip kelapa muda, si denok langsung mengambil dan memakan bagian atasnya. Rasanya gurih, sangat cocok menjadi appetizer sore itu. Setelah ditambah pajak dan service charge, harga sop ini hampir menyamai tiket berenang saya.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-aston-renang-yogya-soup-zuppa

Lampu-lampu di dalam kolam mulai dinyalakan.. hari menjelang jam 7 malam namun masih banyak yang berdatangan untuk berenang. Meskipun airnya terasa dingin, tapi sangat bersih dan jernih dan tidak berbau kaporit atau bahan pembersih kolam renang. Kebersihan air kolam rupanya sangat dijaga oleh Grand Aston yang tentunya tidak ingin tercoreng reputasinya sebagai hotel bintang 5. Bisa juga karena hotel ini tergolong baru, mungkin diresmikan sekitar 3 tahun yang lalu.

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-aston-renang-yogya-soup-zuppa
Kamar bilas terletak di belakang poolbar, sayangnya hanya ada 1 kamar saja masing-masing untuk pria dan wanita. Kamar bilas ini mirip seperti kamar mandi hotel, luas dan dilengkapi dengan air panas. Kloset, wastafel dan shower serta kaca membuat saya betah berlama-lama. Untunglah saya masih tahu diri karena sadar sewaktu-waktu akan ada orang lain yang memerlukan fasilitas ini.

Friday, February 26, 2016

Neo+ Awana, pisang goreng & kolam renang

Cuaca Jogja lagi panas banget.. kadang mandi jam 8 malam saja air masih terasa hangat. Sumuknya itu lho bikin badan rasanya pengen terendam di dalam kolam. Dan kolam yang kami pilih sore ini terletak di lantai 1 Hotel Neo+ Awana yang beralamat di Jl Mayjen Sutoyo No 52 Mantrijeron Yogyakarta. Lokasinya ada di antara plengkung gading dan jokteng wetan.

Awana tergolong hotel baru karena peresmiannya dilakukan sekitar bulan Maret tahun 2015. Hotel ini dekat dari rumah (jelaas, di Yogya mah smua juga terasa dekat hehe..), Dahulu tiap kali melintas, kesannya nih hotel mewah amat ya..Eh ternyata itu cuma kesan dari luar saja...

Mewahnya hotel ini menurut pendapat saya bukan karena interior, pencahayaan lobby, atau material bangunan yang dipakai, melainkan karena lokasi dan areal yang terhitung sangat luas. Wilayah Jogja kota itu tidaklah luas dan dengan harga tanah yang selangit, maka  kemewahan hotel ini adalah investasinya pada kepemilikan lahan yang potensial untuk pengembangan lanjutan. Lobby utama terkesan sederhana dan minimalis, dengan deretan Front Office berwig sewarna uban. Belok kiri menuju lift, kami naik ke lantai 1 dimana terdapat kolam renang. Melewati restaurant Noodlenow Cafe, kami menemukan 2 kolam renang di lantai ini, untuk dewasa dan untuk anak-anak. Kedalaman kolam dewasa adalah 150 cm dan kedalaman kolam anak adalah 80 cm. Kolam-kolam ini berada di luar gedung (outdoor).

Penataan ruang di dekat kolam diperuntukkan bagi tamu hotel yang menikmati sarapan, oleh karena itu banyak meja dan kursi kayu yang ditata berjajar. Naik sekitar 5 anak tangga terdapat deretan kursi busa panjang berbahan rotan untuk bermalas malasan. Tentu saja tamu hotel bebas menggunakan fasilitas kolam renang ini, namun karena kami hanyalah tetangga kampung dan tidak menginap disini maka kami dikenai biaya sebesar 50 ribu rupiah. Sebenarnya ada 2 pilihan harga, yaitu 50 ribu atau 100 ribu. Fasilitas yang diperoleh adalah handuk dan snack (50 ribu) atau handuk dan nasi goreng (100 ribu), semuanya belum termasuk minum.


Kebetulan kami datang sudah hampir jam 17.30 dan ternyata kolam ini hanya dioperasikan sampai jam 18.00 saja. Tak ingin membuang waktu saya segera nyebur ke kolam. Itu sebabnya saya sampai lupa mengambil foto kolam renang. Foto yang saya pasang ini saya comot dari laman hotel Awana. Sore itu kebetulan hanya ada 1 tamu saja yang memakai fasilitas kolam renang, jadi saya cukup leluasa untuk bermain air. Airnya bersih dan jernih dengan dasar kolam berwarna biru. Tidak tercium bau klorin atau kaporit seperti yang ada di Banyu Mili. Kala saya masih di dalam kolam, bill dan snack diantarkan ke meja kami. Tentu saja tanpa minuman. Snacknya berupa 3 potong pisang goreng hangat yang ditaburi irisan keju cheddar dan dihias dengan buah strawberry segar. Dilengkapi dengan susu kental manis putih dan gula cair. Cukuplah untuk mengurangi kebosanan dsi denok saat duduk menunggu saya.

Terdorong hasrat ingin pipis, saya memutuskan untuk keluar dari kolam dan mencari toilet. Ohlala... rupanya untuk mencapai toilet saya harus menyeberangi restaurant menuju ke arah lift. Akhirnya saya sudahi saja acara sore itu dan membersihkan diri di kamar bilas yang disediakan. Bilik bilas ini berupa ruang terbuka dengan shower air dingin yang besar, tanpa pintu, jadi jangan harap bisa mandi. Di samping ruang bilas, terdapat 2 ruang untuk berganti baju, satu untuk cowok dan satu untuk cewek. Ruangan ini tanpa locker, tanpa shower dan di pintu dorongnya tak terpasang kunci. Mungkin maksudnya supaya bisa dipergunakan beramai-ramai maka tidak dipasangi kunci atau selot. Padahal lantai ruang ganti ini terletak lebih rendah dari ruang duduk dengan desain pintu yang menyisakan celah di atas kepala. Rasanya sungguh dagdigdug terlebih beberapa tamu dan karyawan hotel lalulalang di sekitar situ. Saran saya,jika hendak berenang di Neo+ Awana, sebaiknya jangan datang dan berenang sendirian, karena selain kurang aman mustahil bisa tenang membilas badan dan berganti baju.

Thursday, February 25, 2016

Dixie Easy Dining Gejayan Yogya

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-dixie-easy dining-hainan-gejayan-yogya-harga mahasiswa


Cita-cita saya akhirnya tercapai! Sederhana sebenarnya, cuma pengen foto keluarga. Rumah yang kami huni ini nyaris tanpa hiasan foto, bahkan foto married aja tak kami pasang. Eh ralat ada 1 sebenarnya, tapi itupun bukan foto melainkan semacam kolase beberapa gambar sbg hadiah dari pengasuh anak saya pas ultah si denok ke-.3. Master foto utama sudah ada, tapi pengennya di-combine dengan foto almarhum mampap mertua. Masak gitu aja ga ada yang bisa, emang teknologi photoshop belum dipakai apa di studio2 foto sini? Gemes saya padahal beberapa foto studio (yang konon) ternama sudah kami datangi, tapi jawabannya selalu 'nggak bisa". Pada akhirnya setelah sedikit debat plus maksa-maksa, akhirnya ada satu studio foto yang bersedia merekayasa sebisa mereka. Kelar negosiasi komposisi dan harga, perut saya langsung terasa laparnya. Berhubung studio ini terletak di depan kampus UNY maka kamipun menuju ke arah Gejayan sebagai lokasi terdekat yang punya banyak penjual makanan. Dixie Easy Dining menjadi tujuannya.

Berlokasi di Jl Affandi no 40B Gejayan Yogyakarta, tempat ini menurut saya tak hanya asik buat nongkrong tapi juga buat makan karena menyediakan banyak pilihan, seperti menu Indonesia, Oriental, Western & Jepang. Cocok banget dengan tagline-nya : easy dining. Wifi gratis dengan sinyal kuat juga menjadi magnet bagi para anak muda yang merupakan mayoritas pengunjung tempat ini. Parkiran luas tersedia di halaman belakang. Tempat duduk juga banyak pilihan, mau di lantai bawah atau di lantai atas. Bedanya, kalau lantai bawah non AC sedangkan lantai atas full AC.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-dixie-easy dining-hainan-gejayan-yogya-harga mahasiswa

Awalnya kami memilih untuk duduk di lantai atas, tapi pas kami membuka pintu dan melangkah masuk.. brrr... uhuk.. rupanya tempat duduk smoking dan non smoking ada di satu lantai, hanya beda ruangan tapi tanpa sekat! Kabur deh kami ke lantai bawah, memilih duduk berteman angin dan kericik gerimis sore.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-dixie-easy dining-hainan-gejayan-yogya-harga mahasiswa

Begitu duduk kami langsung disodori 3 buah buku menu yang berbeda. Rupanya tempat ini merupakan kompilasi (cie) dari 3 rumah makan yang berbeda yaitu Dixie (menjual mayoritas menu makanan Indonesia), Warung Pasta (makanan Italia) dan Warung Kopi Sruput (cafe). Kami memilih beberapa jenis makanan, Hainam Duck Rice, Beef Dice with Sweet Sauce & Chessy Freezy Pasta. Sambil menunggu makanan utama, kami memilih fruit salad sebagai appetiser. Berhubung cuaca hujan dan terasa agak dingin, segelas milo hangat dan satu pot Mint Tea kami pesan sebagai minuman.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-dixie-easy dining-hainan-gejayan-yogya-harga mahasiswa

Fruit salad yang tersaji merupakan campuran beberapa jenis buah-buahan yaitu pepaya, melon dan semangka. Kami meminta supaya mayonaise dipisah, dan rupanya yang tersaji bukan hanya mayo melainkan campuran dari mayonaise, sedikit susu kental manis putih dan Thousand Island dressing. Rasanya. yummy..
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-dixie-easy dining-hainan-gejayan-yogya-harga mahasiswa

Pesanan kedua yang diantar adalah untuk denok yang suka banget sama keju dan pasta. Oh iya, disini bisa memilih mau makan pasta yang mana, fusili, fettucini atau spaghetti. Jadilah sore itu spaghetti disajikan dalam balutan cream yang rasanya super creamy, guriiih banget. Rasanya sudah creamy, nyusu, gurih, masih ditambah potongan keju sebesar lidi yang crispy (kapan2 mau nyoba bikin crispy cheese ah..). Harga 17 ribu-an tak menjadi halangan untuk menikmati lezatnya pasta ini.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-dixie-easy dining-hainan-gejayan-yogya-harga mahasiswa

Sejak duduk hinga mengantar pesanan, kami hanya dilayani oleh 1 waiter. Dan selama itu pula tak henti dia mengukur kepuasan kami sambil menjelaskan apapun yang kami tanya (tepatnya, yang saya tanya hehe). Saat Duck Hainan Rice datang, dan kami (baca : saya) bertanya mengapa warnanya hijau, dengan sabar dia menjelaskan bahwa itu adalah warna dari sari daun bawang. Nasinya sendiri terasa gurih karena dimasak bersama kaldu. Dalam piring itu juga terhidang saus kecap kaldu, sambal dan saus madu. Pas dicicipi, nasinya agak terlalu berminyak. Saus coklatnya terasa agak pedas karena dicampur dengan jahe dan lada dan beberapa lembar daun coriander. Porsi nasinya untuk kami terlalu banyak, sehingga secara keseluruhan tampilannya malah jadi kebanting karena daging bebeknya terkesan cuma sedikit. Tapi mengingat ini adalah harga mahasiswa dan porsinya jumbo, hitungan akhirnya malah jadi murah.

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-dixie-easy dining-hainan-gejayan-yogya-harga mahasiswa
Pesanan saya datang juga, Beef Dice with Sweet Sauce, berupa nasi putih dengan sayuran brokoli-paprika hijau-jamur dan potongan daging sapi yang dimasak manis. Harganya juga kelas mahasiswa, muraah.. tapi kualitas dagingnya gak murahan. Bukan sejenis daging sop yang agak keras, tapi memakai daging yang lunak dan tak berlemak. Bagi lidah penyuka manis, pasti sweet sauce ini akan terasa nikmat, tapi sayang saya lebih suka asin jadi terasa seperti makan nasi pakai kecap.

Untuk menetralisir rasa eneg, kami memilih mint tea yang tersaji dalam poci hijau blirik khas Jogja. Rasanya sedap, tak seperti rasa mint tea yang biasa kami minum. Pas saya buka penutupnya, olala... rupanya bukan hanya daun mint yang menjadi bahan utama tapi ada juga kapulaga dan beberapa butir cengkeh. Pantas saja rasanya sedap dan nikmat.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-dixie-easy dining-hainan-gejayan-yogya-harga mahasiswa

Berhubung curah hujan gerimis cukup membuat basah, maka kali ini tak ada foto tampak luar bangunan. Dixie menawarkan suasana makan yang tenang dan cukup enak, meski ada beberapa LGBT yang wira wiri disini. Wajar saja karena pramusajinya juga ada yang seperti itu, jadi pengunjungnya juga pasti ada yang sejenis. Mayoritas pengunjung adalah anak muda, sore itu saya tak melihat ada keluarga muda atau pengunjung senior disini, bisa jadi karena kami datang masih belum terlalu malam. untuk kami, bolehlah menjadi referensi makan (cukup) murah meriah dengan akses wifi gratisan yang sinyalnya lumayan kencang..

Tuesday, February 23, 2016

Legenda Ayam Goreng Kalasan, mbok Berek Candisari

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-ayam kremes-mbok berek-yogya1
Siapa sih yang tak kenal dengan Ayam Goreng Kremes? Gurihnya daging ayam dan kremesannya yang kriuk-kriuk bisa membuat orang jadi ketagihan. Nah, belum lama ini saya mampir ke rumah makan yang menjadi legenda ayam goreng di Jogja. Ayam Goreng Mbok Berek.  

Jaman saya masik kecil di pertengahan 80-an, ibuk saya suka sekali mengajak kami bersantap di tempat ini. Rupanya jaman itu alm. bu Tien Suharto juga sering kesini, terlihat dari foto-foto beliau yang terpampang di area resto. Dan kini saat saya datang kembali sambil mengajak anak saya, rasanya seperti dejavu tapi dalam posisi sebagai ibu.

Sejak lama saya penasaran mengapa tempat makan ini dinamai mbok Berek. Dan inilah kisah yang saya dapatkan saat berkunjung kembali kesana.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-ayam kremes-mbok berek-yogya1

Diawali dengan cerita tentang seorang gadis bernama Nyi Rame yang menikah dengan Ki Ronodikromo lalu dikaruniai enam orang anak. Ibu muda ini berjualan ayam goreng dirumahnya di daerah Candisari Kalasan Yogyakarta. Sebagai istri, pengusaha dan ibu tentu saja membuat rumah Ni Ronodikromo selalu meriah. Pada suatu hari, seorang anaknya menangis menjerit-jerit (jawa=nangis berek-berek) hingga membuat kehebohan. Sejak itu Ni Rono mendapat julukan baru, yaitu mbok Berek. Julukan ini lalu berkembang menjadi trademark yang membuat resep ayam gorengnya melegenda hingga dipatentkan. Resep inipun diturunkan ke anak cucunya semisal ayam goreng Ny Suharti yang merupakan generasi ketiga Mbok Berek.

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-ayam kremes-mbok berek-yogya1
Rumah makan yang kami singgahi ini dikelola oleh ibu Noor, generasi ketiga Mbok Berek. Tampilan dari luar nampak gersang karena persis di pinggir jalan. Ada sedikit pohon yang kalau di desa saya disebut teh-tehan di dekat andong (delman/dokar) yang dulunya merupakan sarana transportasi keluarga ini. Masuk ke dalam rumah, ada gebyok ukiran yang terbuat dari kayu jati, bahkan mayoritas furniture di ruangan ini berbahan kayu jati. Memang ini dahulu adalah rumah tinggal yang halamannya sudah menciut karena kena pelebaran jalan raya.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-ayam kremes-mbok berek-yogya1

Kami memesan setengah porsi ayam kremes, lalapan dan gudeg biasa. Sambil menunggu hidangan, si denok dan saya bermain kursi goyang yang terletak di depan kolam ikan. Terlindung dari matahari, diterpa angin semilir berhembus, duduk bergoyang semakin nyaman sambil mendengar kicauan burung-burung peliharaan di dalam sangkar yang tergantung di beberapa tempat. Tidak heran saat kami masuk ke dalam rumah makan, ada 2 karyawan yang sedang tertidur pulas di kursi panjang karena sepi pengunjung.

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-ayam kremes-mbok berek-yogya1
Mengingat semua jenis makanan yang ada di dalam menu sudah siap saji, maka pelayanannya sangat cepat. Ayam kampung yang kami pesan berukuran kecil tapi lengkap mulai kepala hingga kaki, disajikan dengan sedikit taburan kremesan. Meski ukurannya kecil, rasanya sangat gurih. Menurut penjelasan bapak pelayan, ayam ini diolah cukup lama, bahkan tulang ayamnya saja hampir transparant dan hilang isi sumsumnya. Dimasak demikian lama tidak membuat jadi overcooked, tetap kenyal bahkan bumbunya merasuk ke dalam daging.

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-ayam kremes-mbok berek-yogya1
Kami sengaja memesan gudeg mengingat ini adalah legenda rumah makan Jogja, jadi siapa tahu rasa gudegnya juga istimewa. Sayang sekali, jangankan dibandingkan gudeg wijilan, rasa dan tampilan gudeg mbok Berek saja kalah dengan gudeg angkringan. Gudeg yang kami santap lebih mirip sayur nangka (jangan gori asat). Teksturnya terlalu basah jika mau dinamai gudeg, dan rasanya malah gurih. Gudeg yang biasa saya makan selama ini teksturnya kering dan rasa manisnya sangat dominan, seperti makan gula hehehe..
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-ayam kremes-mbok berek-yogya1

Ada satu hal lagi yang membuat kami kurang tenang selama makan ditempat ini, yaitu banyaknya kertas peringatan kejahatan yang tertempel sejak dari luar gedung hingga dekat kasir. Makan sambil bolak balik ngecek kendaraan membuat mood jadi hilang. Saat saya tanyakan alasannya, rupanya sudah lama tempat ini menjadi incaran kejahatan pencurian barang di dalam mobil dengan modus pecah kaca. Terakhir kejadian sehari sebelum kami mampir, untung terpantau dari kamera CCTV sehingga dapat langsung dipergoki meski penjahatnya kabur duluan.
Baiklah mbok Berek.. setidaknya kami sudah sedikit mengenal tentang legenda itu meski harus merogoh kocek cukup dalam dan makan dengan hati tak tenang.

Banyu Mili Country Club Godean Yogya, Udang dan Wisata Kolam Renang

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-banyu mili-yogya-renang dan udang
Kali saya akan memenuhi janji untuk bercerita tentang kolam renang di Yogya. Sejak dinyatakan menderita saraf kejepit saya jadi sering berkunjung ke kolam renang, demi kesembuhan. Jujur saya ini sebenarnya tidak mahir berenang. Lama sudah waktu berlalu, terakhir kali nyemplung kolam renang itu seingat saya belasan tahun yang lalu, jaman masih suka nebeng ponakan belajar renang di Mall Pondok Indah. Sekarang ponakan saya sudah hampir lulus kuliah.  Dulu saja saya masih belum lancar berenang. Lah sekarang harus berenang lagi, sudah lupa saya caranya hehehe..

Sejak menderita sakit HNP, semua dokter dan para praktisi yang pernah saya temui selalu menyarankan untuk berenang. Saya tanya mengapa, penjelasan mereka bervariasi, tapi intinya kurang lebih begini.  Manusia berjalan dengan tubuh tegak menggunakan 2 kaki, melawan gaya gravitasi. Saraf yang terjepit oleh tulang punggung akan terasa semakin sakit akibat gaya gravitasi memberi beban tambahan pada tulang yang menekan saraf tersebut. Untuk meringankan sakitnya, maka penderita HNP harus beraktivitas melawan gravitasi, misalnya di dalam air. Selain meringankan sakit, gerakan berenang juga dapat menguatkan saraf. Dengan berenang, maka otot seluruh tubuh akan terlatih. Terutama otot punggung menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih mampu menahan rasa sakit yang diderita. Hmmm.. masuk akal kan?

Okelah sekarang saya sudah komit untuk belajar berenang lagi. Tapi gaya apa yang harus saya pelajari? Belajar dari siapa? Saya masih perlu bantuan supaya bisa terbebas dari papan renang. Dan yang menyedihkan, saya ga punya baju renang, hiks pengen nangis rasanya... Semua perlengkapan renang saya masih tersimpan rapi sejak saya pindahan ke Jogja, tapi begitu koper dibuka, semua karet di baju sudah tak lagi elastis. Kacamata renang minus yang saya simpan juga sudah remuk redam. Ah tapi itu tak menyurutkan niat saya yang pada akhirnya berenang lagi setelah sekian tahun meskipun harus belanja lagi (sorak gembira dalam hati yeeay..)
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-banyu mili-yogya-renang dan udang

Kolam renang Banyu Mili di jalan Godean Yogyakarta

Ini adalah destinasi pertama, dimana saya menemukan pengajar yang waktunya pas dengan jadwal kerja saya. Namanya pak Harjono. Beliau bersedia memberikan privat sebanyak 8 kali pertemuan dengan biaya 480 ribu, atau 60 ribu per pertemuan. Pak Jono berbadan gempal dan cukup sabar mengajari saya. Karena sudah mempunyai dasar, jadi saya minta pak Jono supaya memoles saja dan mengajarkan gaya bebas.

Renang gaya dada dan gaya bebas sangat baik untuk penderita HNP, sedangkan gaya yang tidak dianjurkan adalah gaya kupu-kupu. Kami berlatih selalu di Banyu Mili, sebuah kolam renang yang sebenarnya adalah Restoran dan pemancingan. Perpaduan bisnis yang sempurna, usai lelah berenang bisa langsung bersantap makanan hangat.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-banyu mili-yogya-renang dan udang

Kolam renang ini buka sejak pukul 7 pagi dan tutup jam 6 sore dengan HTM Rp. 20.000,-. Sebenarnya mau berenang usai jam 6 sore juga tidak dilarang sih, namun gelap karena tidak ada lampu penerangan di dalam air. Kolam renangnya terbagi menjadi 2 area, 1 kolam kecil untuk anak-anak, Wahana Water Byur namanya. Kolam bulat dengan kedalaman 50 cm dengan prosotan dan hiasan patung-patung air mancur. Ada lagi 1 kolam besar yang mengelilingi area dalam restoran dengan kedalaman bervariasi. Kedalaman kolam maksimal 140 cm, sangat cocok buat saya yang masih pemula.

Berdasarkan pengalaman pribadi sebaiknya jangan berenang disini pada hari Minggu, karena di hari Minggu sore banyak kotoran yang melayang-layang didalam air. Menurut penjaga kolam, airnya disaring setiap malam tapi entah mengapa air hari Sabtu sedikit lebih bersih dari hari Minggu. Bisa jadi karena pengunjungnya sangat ramai mengingat HTMnya yang murah meriah. Bahkan sebenarnya bisa gratis (kalo nggak malu) jika kita adalah pengunjung resto yang sudah selesai makan dan kebetulan pengen ikutan berenang.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-banyu mili-yogya-renang dan udang

Banyumili menyediakan 2 lokasi ruang bilas tanpa air panas, tapi sebaiknya jangan menggunakan kamar bilas yang dekat dengan kolam anak-anak.  Mengapa? Pernah sekali ada pria yang masuk ke ruang bilas wanita dengan alasan memandikan anak perempuannya.Widihh.. bikin heboh deh.. Ruang bilas satu lagi terletak dekat kolam air dalam. Lebih sepi dan aman karena mayoritas pengunjung memakai toilet yang dekat kolam anak.

Beberapa kali berenang ke Banyumili sudah tak terhitung menu yang pernah kami pesan tapi tak bisa saya dokumentasikan. Lha, saya lagi di dalam air je, gimana mau motretnya.. Khusus di sesi latihan terakhir, sengaja saya pesan suami supaya memotret dahulu sebelum disantap. Kali ini kami memesan seporsi bihun goreng seafood dan udang asam manis.

Bihun goreng yang disajikan porsinya bisa untuk berdua untuk ukuran perut standar perempuan. Terhidang  dengan cincangan daging udang dan cumi serta telur dadar. Potongan bakso dan daging ayam serta sayuran juga ditambahkan supaya rasanya semakin nendang. Tak heran jika denok kecil saya lahap sekali menyantapnya.

Saya pribadi lebih suka udangnya. Bukan suka pada cara memasak atau bumbu yang dipakai, melainkan karena udangnya adalah hasil penangkaran sendiri. Rasa dagingnya manis dan udangnya gendut-gendut meski kami pilih jenis udang ukuran standar. Kami biasa belanja bahan seafood di TPI (tempat pelelangan ikan) di pinggir pantai selatan. Jadi saya sangat mengenal rasa manisnya udang segar. Terlebih jika udang segar dimasak dengan saus asam manis seperti yang sekarang tersaji. Tampilan udangnya yang merah merona dengan rasa asam berbalut rasa manis terasa pas di lidah saya meski sedikit kerepotan memisahkan kulit, kepala dan kaki-kaki udang saat menyuapi si denok yang masih belum merasa kenyang .
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-banyu mili-yogya-renang dan udang

Harga makanan di Banyu Mili  memang cukup mahal, tapi menurut saya masih pantas dibayar untuk sebuah kenikmatan yang bernama udang segar.

Thursday, February 18, 2016

Wisata Terapi : mbah Yatim, Biksu Dalong dan Longevitology

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-tairo-skoliosis-chiropractice
Kali ini saya ingin berbagi cerita tentang wisata yang lain daripada yang lain. Wisata ini sudah saya jalani selama beberapa bulan. Sebenarnya bukanlah sebuah wisata yang menyenangkan, kadang penuh derai air mata dan bahkan cengiran malu karena ditonton banyak orang.

Ya, wisata ini bahkan sudah saya mulai jauh-jauh hari sejak saya belum tahu pasti menderita sakit apa. Kala itu sudah beberapa bulan kaki saya nyeri mulai dari pantat sampai pergelangan kaki kiri. Rasa kesemutan yang nonstop sejak membuka mata dipagi hari hingga jatuh tertidur di malam hari. Ditambah rasa linu di sepanjang tulang tungkai kiri. Saat siang, linu ini semakin menghebat yang berakhir dengan meninggalkan kantor terpincang-pincang bahkan seringkali engklek dengan sebelah kaki. Waktu itu perasaan saya sungguh sangat tidak nyaman. Seringkali saking sebelnya, tangga yang tidak berdosapun ikut ketiban omelan. Maklum, baik dirumah maupun di kantor saya harus naik turun tangga untuk mencapai ruangan. Akhirnya saya ke dokter. Diagnosa awal kemungkinan gejala rematik. Lalu diberi obat, dengan pesan jika tidak me
mpan sebaiknya berkunjung ke dokter saraf.
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-tairo-skoliosis-chiropractice

Hiks.. kok dokter saraf?! Image dokter saraf di kepala saya waktu itu adalah kombinasi antara dokter saraf jiwa dengan dokter saraf rujukan pasien stroke. Ga pernah terbayang di benak saya untuk berurusan dengan dokter saraf. Tapi saat obat dokter sudah habis dan nyerinya tidak berkurang, mau tidak mau sayapun mulai mempertimbangkan opsi dokter syaraf. Kebetulan saat itu libur lebaran Hari Raya Idul Fitri 2015. Pas mudik, ibu yang prihatin melihat cara berjalan saya menyarankan untuk mendatangi orang pintar. Beliau ini sangat terkenal di dusun saya, pasiennya beraneka macam mulai dari penderita tumor hingga sakit kepala. Kadang-kadang beliau bahkan melakukan road show di pedukuhan-pedukuhan kampung untuk menyembuhkan orang. Namanya mbah Yatim. Ibu saya yang menderita saraf kejepit bilang kalau ibu sudah membuktikan kehebatan metode pengobatan simbah ini. Paklik Setyo yang stroke juga membaik setelah ditangani simbah. Tamu-tamu yang datang berkunjung ke rumah bapak saya pas open house lebaran juga banyak yang bercerita sembuh setelah patah tulang dlsb.

Okelah.. daripada saya tersiksa dengan sakitnya plus punya 5 hari nganggur di rumah ibu, akhirnya saya berangkat kesana diantarkan suami dan ibu saya. Ini adalah wisata pertama saya, Wisata Terapi Refleksi. Rumah simbah ini lumayan jauh, terletak di dekat stasiun kereta api Kutoarjo. Dari jalan raya Kutoarjo, belok ke selatan. Ada pertigaan (Jalan Sawunggalih), lurus saja keselatan karena jika ke kanan nanti malah masuk ke stasiun kereta. Kurang lebih 1 kilometer akan menemukan jembatan kecil dengan besi-besi bercat biru. Sekitar 100 meter dari jembatan ada gapura, belok kanan menyusuri tepian sungai. Rumahnya sederhana, cenderung kumuh dengan gambar Bung Karno mendominasi interior ruang tamu yang merangkap ruang praktek. Di pojok ruangan dekat pintu masuk ada dipan kayu berkasur kapuk tipis, dengan bantal dan sprei yang aroma dan bentuknya seolah mengatakan kalau belum dicuci berbulan-bulan. Ternyata setiap pasien harus berbaring di kasur bau itu. Untung ibu saya sudah sedia kain pantai yang langsung digelar menjadi alas tidur. Terbayang dibenak saya betapa pemakaian masker akan membantu mengurangi siksa dunia ini. Tapi demi kesembuhan saya rela menahan derita dari aroma tak sedap tempat tidur milik simbah.

Ternyata derita itu belum seberapa. Aniaya yang sesungguhnya baru akan dimulai. Setelah hening sejenak mengucap doa, simbah ini duduk dibangku kecil menghadap ke telapak kaki saya. Sambil mulutnya terus bercerita tentang penyakit para pasien yang berhasil disembuhkannya, tangannya mengambil semacam alat kecil terbuat dari kayu yang dibentuk bulat dengan ukuran panjang sejengkal. Alat itu dipukul-pukulkan ke jempol kaki saya, kadang ditusukkan ke telapak kaki, kadang dipakai menyisiri sisi luar telapak kaki. Jika telapak kaki kanan saya yang mendapat perlakuan itu tidak akan terasa sakit tapi beda dengan telapak kaki kiri saya. Kadang ujung jari kaki saya ditusuk dengan kuku jempol tangan simbah. Aduh sakitnya sungguh luar biasa, sekarang saja saya masih merinding saat menulis cerita ini. Dan aniaya itu berlangsung selama kurang lebih 20-30 menit, berturut-turut selama 3 hari. Tidak gratis tentu saja. Obat herbal racikan simbah harus ditebus dengan harga 300 ribu dan setiap kunjungan pijat refleksi ibu saya menganjurkan ngamplopi minimal 30 ribu.

Apakah saya sembuh? Tidak. Apakah menjadi lebih ringan penderitaannya? Tidak juga, masih tetap kesemutan dan nyeri di penghujung hari. Lalu apa yang saya dapat dari wisata terapi pertama ini? Pelajaran bahwa nyeri yang saya derita ternyata masih dibawah ambang batas toleransi saya. Simbah membuka mata saya bahwa ternyata saya masih mampu menahan sakit luarbiasa deraan pijat refleksi yang dilakukannya. Artinya saya pasti mampu menahan nyeri harian ini.

Oke, beberapa hari setelah usai libur lebaran saya memutuskan berkunjung ke spesialis syaraf usai jam kerja. Setelah pemeriksaan, dokter meminta saya untuk menjalani MRI (Magnetic Resonance Imaging). Berhubung radiologi sudah tutup selepas jam 7 malam, dokter menyarankan untuk memanfaatkan BPJS yang saya miliki. Ini adalah wisata terapi kedua yang saya jalani, Wisata Terapi Bethesda. Memanfaatkan BPJS sebenarnya cukup membantu dari sisi finansial. Biaya MRI yang mencapai 1 jutaan benar-benar free of charge. Banyak gratisannya, konsultasi dokter, obat (generik), dan sebenarnya juga mendapat fisioterapi 6x gratis tapi tidak saya pergunakan karena hanya dilayani di jam kerja. Yang kurang saya suka cuma 1, wasting time bener deh. Antrian nomor urut sudah dimulai sejak sebelum jam 6 pagi, jadi saat saya datang jam 9 nomor antriannya sudah ratusan. Usai menunggu dipanggil oleh petugas BPJS, saya masih harus mengantri di poli yang ditunjuk, 1 hari hanya melayani 1 poli. Artinya saya harus menghabiskan 1 hari untuk MRI dan 1 hari lagi untuk konsultasi hasil MRI (Magnetic Resonance Imaging). Saya dimasukkan ke dalam tabung dan tidak boleh bergerak selama lebih dari setengah jam. Serem rasanya! Berbaring dalam tabung yang atapnya cuma sejengkal dari hidung membuat saya terbayang pada liang lahat. Ih ngeri banget.

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-tairo-skoliosis-chiropractice

Hasil MRI RS Bethesda menunjukkan bahwasanya saya mengidap penyakit saraf kejepit. Nama kerennya HNP (Hernia Nucleus Pulposus), yang gampangnya adalah suatu kondisi dimana bantalan tulang belakang saya (Lumbal ke-4 & ke-5) melesat dari posisi yang seharusnya, menembus jaringan otot yang menahannya (hernia) dan menekan saraf yang berhubungan dengan tungkai kiri saya. HNP ini mempunyai ciri yang sangat khas. Kesemutan nonstop dan nyeri hanya di salah satu kaki mulai dari pantat hingga telapak kaki. Andai saya tahu dari awal.

Penjelasan medisnya begini : Tulang belakang (columna vertebra) terdiri dari sederet ruas tulang (vertebra) yaitu tulang leher (cervical), tulang punggung (thoracal), tulang pinggang (lumbal), tulang bokong (sacral) dan tulang ekor (coccygeus). Tulang-tulang tersebut (kecuali tulang sacral), dipisahkan oleh cakram (diskus). Didalam cakram terdapat bantalan yang lentur (nucleus pulposus). Nucleus pulposus diselubungi oleh cincin serat jaringan yang kuat yang disebut annulus fibrosus. Cakram berfungsi sebagai penyerap goncangan (shock absorber) dan berperan penting dalam kelenturan pergerakan tulang belakang, antara lain untuk memutar, menunduk, menengadah dan sebagainya. Didalam tulang belakang terdapat saluran yang berisi sumsum tulang belakang (medulla spinalis) yaitu sistem saraf yang menghubungan otak dengan organ-organ tubuh dibawah. Sumsum tulang belakang terletak di belakang cakram. Bila cakram melemah, ada risiko terjadi robekan pada anulus fibrosus, akibatnya bantalan/nucleus pulposus dapat menonjol sehingga berpotensi menekan/menjepit sumsum tulang belakang dan/atau saraf di sekitarnya. Keadaan ini yang dikenal sebagai HNP

Saat kontrol minggu berikutnya saya berganti dokter senior dan tanpa memakai fasilitas BPJS. Kali ini saya harus membayar lebih dari 500 ribu dan wajib fisioterapi minimal 12x @ 50 ribu. Duh, betapa mahalnya harga kesehatan. Obatpun hanya diberi 2 macam, yaitu anti nyeri dan anti radang untuk dikonsumsi selama 10 hari. Obat anti nyeri sudah jelas tidak baik bagi ginjal saya jika dikonsumsi berkepanjangan. Sedangkan obat anti radang diberikan karena otot kaki saya melemah sehingga pergelangan kaki saya bengkak berbulan-bulan.

Akhirnya supaya tidak tergantung pada obat, saya memutuskan menjalani Fisioterapi dengan durasi selama 45 menit, berupa traksi dan diatermi. Punggung saya dipanaskan dengan alat selama 15 menit (diatermi). Berikutnya dada hingga pinggang saya dibalut dengan korset dengan posisi telentang. Korset tersebut terikat mati memakai tali dengan kepala ranjang rumah sakit. Bagian bawah korset, tepatnya di tulang ekor saya, dikaitkan dengan sling yang terhubung ke mesin beban. Beban diatur sebesar 22 kilogram, kemudian mesin dinyalakan dan punggung saya ditarik ke arah kaki selama 30 menit nonstop. Itu namanya traksi.

Wisata fisioterapi ini sudah saya jalani hingga 12 kali dan selalu di jam 17.00 s/d 18.30. Pernah saya mencoba datang dengan memanfaatkan jam istirahat kantor, eh rupanya petugas fisioterapi tidak berdinas pada jam istirahat. Pikir saya siapa tahu karena rumah sakit ini bergerak di bidang jasa jadi jam istirahat pun juga tetap ada yang jaga. Wong kantor saya yang memperbaiki benda mati saja jam istirahat harus bergantian. Tapi rupanya beda perusahan berbeda pula aturan.

Sebenarnya fisioterapi itu menyenangkan meski deskripsi saya diatas kesannya mengerikan. Tiap kali selesai traksi, punggung saya rasanya ringan dan langkah kakipun terasa melayang. Sayangnya kenikmatan itu hanya berlangsung paling lama 1 jam. Begitu sampai rumah, naik tangga, masuk ke kamar, tetap saja kaki ini masih menderita.

Hingga akhirnya ada teman yang bercerita tentang dokter dan biksu yang berkolaborasi menolong warga Jogja saat gempat dashyat tahun 2006. Tahun itu saya masih di Jakarta. Jadi saat gempa menerjang, banyak warga yang menderita sakit tulang belakang karena tertimpa reruntuhan. Konon kabarnya WHO mengirim dokter Santo, seorang ahli orthopedi yang menerapkan teknik chiropractic untuk mengobati warga yang terluka. Sejak itu, pak dokter ini membuka praktek di Jogja. Saat ini saya sudah tahu bahwa jadwal prakteknya seminggu 4 kali dengan lokasi yang tersebar di 3 tempat, terutama daerah sekitar Jl Monjali, ada yang buka siang dan ada juga yang praktek malam.  Menurut cerita yang sudah pernah kesana, proses pijatnya sangat singkat, sekitar 5 menit dengan biaya Rp 70 ribu per kedatangan. Bagi pasien tertentu, ada yang diminta untuk rutin terapi minimal 30 kali kedatangan. Meski berbiaya tinggi, bagi penderita skoliosis pengobatan dokter Santo konon sangat mujarab. Saya sendiri disarankan untuk kesana karena ibarat ilmu, pak dokter ini sudah setaraf master. Sekali pegang tulang belakang, sudah langsung tahu sakit apa & pengobatannya bagaimana.

Disaat yang bersamaan kala gempa Jogja mendera, dari Thailand datanglah seorang biksu bernama Dalong (semoga saya tidak salah tulis karena sumber penulisan ini juga mengaku lupa detailnya). Sang biksu ini datang jauh-jauh dengan niat mulia untuk menolong warga. Beliau sudah berkeliling dunia membaktikan kemampuannya dalam mengobati pasien hingga akhirnya datang menyambangi kota Jogja. Beliau tidak hanya berpraktek tapi sekaligus mengangkat beberapa murid untuk diajari teknik Tairopractic dengan harapan kelak ada yang tetap meneruskan darma baktinya jika sudah ditinggal kembali ke negeri Gajah Putih. Dari sinilah ajaran Tairopractic ini berkembang karena sang murid akhirnya mengajarkan ilmu tsb kepada yang lain. Beberapa murid perdana bahkan sudah ada yang diundang ke Thailand untuk memperdalam ilmunya sekaligus mendapatkan sertifikat Tairopractic langsung dari sana. Meskipun sudah ahli, pengobatan Tairopractic tidak sepenuhnya komersil. Biksu Dalong mensyaratkan para muridnya untuk menyisihkan waktu dan tenaga dalam kegiatan amal bakti sosial supaya ilmu ini semakin memberikan mafaat bagi sesama manusia. 


Mendapat 2 informasi di saat yang bersamaan, waktu itu saya langsung mencari tahu dimana lokasi praktek dokter Santo tetapi ternyata sudah berpindah pindah sejak 2008. Suami saya bahkan sampai menyempatkan sesiangan bolak balik di sepanjang jalan Tamansiswa mencari rumah nomor 27 yang sudah berganti peruntukan menjadi Salon Kecantikan. Sempat putus asa saya mencari informasi tentang dokter Santo, hingga akhirnya saya memutuskan untuk Tairo saja.


Berdasarkan informasi yang saya terima, para praktisi Tairo di Jogja membuka bakti sosial seminggu 3 kali, yaitu Senin Rabu dan Jumat. Bertempat di daerah Bintaran. Konon Tairopractic ini pada awalnya adalah pengobatan untuk para bhiksu shaolin yang banyak mengeluhkan sakit usai mempraktekkan kungfu. Terapi itu menjadi pengobatan dan pembenahan saraf yang menitikberatkan pada tulang belakang yang merupakan organ penting bagi pusat syaraf manusia.

Usai jam kerja Rabu sore saya datang, diantar suami yang setia menemani kemanapun saya pergi. Niatan awal hanya mau survey lokasi dan nanya-nanya sama orang-orang yang disitu. Eh malah mendapat kabar kalau sore itu akan ada terapi. Saya dipersilahkan masuk ke bagian belakang area. Aula yang sangat luas dengan kaca-kaca ukuran tinggi manusia di satu sisi ruangan. Hiasan Liong dan burung Phoenix yang sangat besar dan indah. Patung Naga meliliti pilar-pilar di sekeliling aula. Di lantai 2 ada ruangan gelap yang hanya diterangi lampu temaram, warna merah mendominasi suasana. Indah, mempesona, tapi agak menyeramkan. Oh, rupanya ini tempat latihan wushu dan barongsai.


www.jogja-jajan.blogspot.co.id-tairo-skoliosis-chiropractice
Kursi berbahan seng yang sederhana dijejer dalam ruangan, sebagian lainnya ditumpuk di pojokan. 2 buah bangku bambu panjang dan sebuah ranjang tinggi dengan lobang seukuran wajah manusia ada di bawah logo putih Hoo Hap Wee. Saya bertanya sambil berbisik pada ibu yang sudah lebih dulu duduk menunggu disamping saya. Berdasar penjelasan ibu ini, ditambah informasi dari sana sini serta hasil pengamatan saya pribadi, pengobatan ini dilayani seusai antrian kedatangan. Semuanya gratisss.. karena tujuannya adalah membantu sesama. Para praktisinya semua berdarah Tionghoa, berumur kisaran 55 hingga 70 tahunan. Dibuka sejak jam 17.00 hingga jam 20.00. Tapi fokusnya adalah mengobati yang sakit, jadi kalau hanya sakit badan karena capek-capek tidak akan dilayani Tairo. Meski gratis,ada syarat yang harus dipenuhi calon pasien. Contohnya saya, saraf kejepit. Jika ingin hasil yang maksimal harus membawa hasil MRI atau rontgent. Syarat lain : tidak sedang haid atau hamil. Tidak mengalami hipertensi. Jika pernah operasi, minimal berjarak 1 tahun sejak operasi. Terapi ini diberikan bagi semua orang tanpa memandang suku ras dan agama.

Sore itu saya urutan ke-4 kedatangan, tapi urutan pertama untuk Tairo. Pasien pertama menderita stroke, oma usia 70-an yang masih nampak cantik. Pasien ke-2 anak kecil umur 6 tahunan, autis. Pasien ke-3 remaja umur 13 tahunan tapi otaknya kena virus saat usia 6 tahun sehingga kemanapun pergi selalu digendong ibunya. Semua praktisi selalu berdoa sesuai keyakinannya masing-masing sebelum mulai mengobati. Pertama-tama kami diminta duduk di dekat praktisinya. Mayoritas adalah tante usia 60 tahun keatas, yang sabar menjelaskan dengan senyum yang tak lepas dari bibir mereka. Tante ini meminta saya untuk rileks dan berdoa, memejamkan mata dan menerima aliran energi yang akan diberikan ke saya. Telunjuk kanannya mencari nadi di pergelangan saya dan telapak tangan kirinya menggenggam bagian tubuh yang sakit dan meditasipun dimulai. Sekitar 15 menit kami berdiam. Setelah itu tante menjelaskan, bahwa ini metode penyembuhan Longevitology.


Mereka mempelajari penyerapan energi alam semesta ke dalam tubuh manusia untuk merubah sel-sel tubuh yang rusak agar berkembang menjadi sel aktif yang sehat sehingga aliran Chi dan peredaran darah menjadi lancar. Kata tante, semuanya harus dilakukan dengan hati yang ikhlas baik si penyembuh maupun penderita. Saat itu saya hanya merasakan hangat saja tanpa menyadari bahwa keesokan harinya tambahan energy ini bakalan membuat tubuh saya seolah mengajak untuk lompat-lompat seharian. 


Terus terang saya tidak begitu mengerti filosofi Longevitology, tapi yang saya tahu, tambahan energi ini sungguh saya rasakan. Suami saya yang sempat dialiri energy karena sakit maag-nya kambuh juga mengatakan bahwa perutnya terasa hangat seperti memakai balsem tapi hangatnya bisa tahan berhari-hari. Semua pasien mendapatkan aliran energy tapi tidak semuanya mengantri Tairo. Menurut tante, terapi Tairo lebih disarankan bagi penderita saraf terjepit, parkinson, sinusitis, vertigo dan stroke meski tidak akan menolak pasien yang datang dengan keluhan sakit pada lengan/lutut/pinggang/leher maupun terkilir. Orang-orang yang baik hatinya ini juga memberikan layanan tusuk jarum di sebuah kamar tertutup. All for free..



www.jogja-jajan.blogspot.co.id-tairo-skoliosis-chiropractice
Sekitar jam 18.30 datanglah beberapa pria yang membawa ranjang lipat dengan lobang seukuran wajah manusia di bagian kepala. Sesudah itu, mereka berdoa dan Tairo pun dimulai. Kala itu pergelangan kaki saya bengkak parah dan tiap berjalan 2 meter harus berhenti dulu menahan sakit. Usai melihat MRI dan interview awal dengan saya, sang praktisi, mulai mengerjakan terapinya. Fokusnya adalah tulang belakang, dipijat dengan teknik tertentu. Tengkurap, miring, duduk, telentang sambil kaki tangan dan lengan saya ditarik diluruskan posisinya. Untunglah meski memakai rok seragam tapi suami saya bersedia pulang mengambilkan celana panjang sebelum terapi dimulai. Tapi tetap saja, sakitnya yang luar biasa serta rasa malu karena dilihat orang seaula membuat air mata saya menetes netes. Kurang lebih 15 menit saya diterapi dan 3 kali ditest jalan kaki. Pak Hari mengatakan bahwa seluruh saraf saya terkunci dan yang dia lakukan sore itu hanya mengurai saraf kusut supaya aliran darah lancar. Jika memaksakan untuk Tairo, saya bisa pingsan katanya. Sebenarnya ingin menimpali sambil bercanda tapi tengsin saya. "Pingsan kesakitan atau pingsan saking senangnya pak?" kata batin saya. Pantang minum es harus saya jalani jika ingin terbebas dari saraf kusut dan setiap minggu sebaiknya saya rutin di-Tairo.

Okelah, malam itu kaki saya masih sakit karena bengkak pada pergelangan. Tapi esok paginya, rasa nyaman yang biasa saya nikmati 1 jam tiap kali usai Fisioterapi di Betesda ternyata bertahan hingga saya datang terapi untuk ke-2 kalinya. Sejauh ini sudah 5 kali saya datang ke Hoo Hap Wee dan kondisi saya semakin membaik saja, meskipun pada pemeriksaan terakhir ditemukan bahwa kaki kiri saya lebih panjang 1 cm daripada kaki kanan. Dahulu sebelum menjalani terapi Tairo, untuk mecapai toilet kantor dari meja kerja, saya perlu 5 kali berhenti menarik nafas menahan sakit dan kesemutan. Sekarang, kadang saya malah menemukan diri saya berlari kecil tanpa saya sadari. Semoga Wisata Terapi Tairo ini menjadi wisata terapi terakhir saya karena sambil di Tairo saya juga sedang dalam proses Wisata Terapi Renang. Kalau terapi yang ini sih sebenarnya aktivitas yang menyenangkan hehehe., Cerita tentang kolam renang yang asik di Jogja saya simpan dulu deh untuk sementara.



Terimakasih Hoo Hap Wee Yogyakarta. Seandainya dekat, ingin rasanya memboyong tetangga dusun saya yang stroke dan skoliosis karena terapi ini selain gratis juga tepat metode penyembuhan. Disebut penyembuhan karena memang tanpa menggunakan obat, jadi kurang pas jika disebut metode pengobatan.

www.jogja-jajan.blogspot.co.id-tairo-skoliosis-chiropractice


Nah.. tak lengkap cerita saya jika belum bercerita tentang makanan yang ada di sekitar Hoo Hap Wee ini. Berjarak 15 meter dari sini ada Murni Bakery, toko roti yang terkenal murah namun lezat. Selain roti dan tart, Murni juga menyediakan makan prasmanan. Ada pula angkringan di depan pagar. Kadang sambil menunggu giliran, kami makan sego kucing dan minum segelas teh hangat untuk menahan lapar.  Di seberang Hoo Hap Wee, ada warung bakso yang tak pernah sepi pengunjung. Baksonya kecil-kecil, lengkap dengan mie kuning dan harganya murah meriah. Cukup membayar 5 ribu saja untuk semangkok mie ayam dan 8 ribu untuk seporsi bakso sapi. 
www.jogja-jajan.blogspot.co.id-tairo-skoliosis-chiropractice