Sejak beberapa tahun terakhir ini ruas Jalan Damai di desa Mudal
Sleman semakin nyata mengukuhkan identitasnya sebagai pusat kulineri
yang patut diperhitungkan para food lover Jogjakarta. Pertumbuhan
tempat makan di sini sungguh pesat, entah itu tenda, warung, mauoun
restoran ternama. Ada juga sih beberapa restoran yang pada akhirnya
gulung tikar setelah sekian tahun mencoba peruntungan, tapi hal itu
tak menyurutkan minat para investor bidang kuliner untuk membuka
gerai di daerah ini.
Salah satu tempat yang pada akhirnya kami kunjungi adalah Kring
Krong ini. Tertarik dengan penamaannya yang menggelitik, akhirnya
kamipun menyempatkan mampir setelah biasanya hanya kami lewati
begitu saja. Dalam remang malam, warna kuning cerah billboard
penunjuk lokasi sudah nampak jelas dari kejauhan. Untuk membuktikan
bahwa slogannya sesuai dengan kenyataan, angkringan nggo nongkrong,
maka kamipun menepi sejenak.
Kring Krong berada persis di tepi jalan Damai, dengan areal parkir
yang luas dan memanjang. Konsep tempatnya dibuat menyerupai
foodcourt dengan gerai-gerai makanan yang ditata membentuk huruf L.
Di bagian depan kiri dan kanan, mengapit halaman, berdiri 2 gerai.
Satu gerai bernama Mini Tabanana Bar, menyajikan makanan dan minuman
berbahan dasar pisang. Gerai yang satu lagi adalah Monalisa Burger,
yang sesuai dengan namanya, menyediakan beraneka macam burger dengan
harga mulai dari 10 ribu rupiah. Dibelakang Monalisa Burger, terdapat
meja dan kursi untuk duduk para pengunjung, menyatu dalam rangkaian
panjang dengan gerobak angkringan milik Tante Susi. Angkringan
inilah yang menjadi nyawa dari tempat ini. Bagi yang belum tahu apa
angkringan itu, angkringan adalah semacam warung tenda sederhana
yang menjual nasi dalam porsi kecil (sega kucing) dan minuman
hangat. Di bagian belakang, berjejer beberapa gerai makanan yang
menjual sate, tahu, nasi goreng, mie, gudeg dan lain sebagainya.
Bagian tengah Kring Krong berupa halaman terbuka yang luas dan
dihiasi 2 buah ayunan untuk anak-anak dan sebuah layar lebar yang
saat itu menampilkan acara sebuah televisi swasta nasional.
Saat kami datang rupanya sebuah pesta ulang tahun anak-anak baru
saja usai. Suasana ruang duduk masih sepi karena mayoritas
pengunjung dewasa sore itu adalah para pengantar peserta pesta. Saat
kami datang makanan masih cukup banyak yang terhidang. Semua makanan
ditata diatas gerobak. Nasi bungkusnya sudah tidak mirip sega kucing
karena dibungkus memakai kertas coklat alih-alih dibungkus daun pisang. Pilihan nasi
bungkusnya standar seperti angkringan yang lain, oseng tempe atau
usus atau kikil atau teri atau jamur. Disebelah gerobak nasi,
terdapat meja panjang berisi lauk pauk yang disimpan dalam plastik
tertutup. Isinya antara lain gorengan bakwan, tempe tepung, sate
udang, sate telur puyuh, sate sosis, sate bakso, ceker bacem, ampela
bacem, sate usus dan masih banyak lagi. Disamping meja lauk terdapat
meja kasir Kring Krong. Semua pembelian baik di angkringan maupun di tenant pembayarannya terpusat di meja kasir ini.
Untuk menu angkringan tak ada yang istimewa, dimana-mana sega kucing
tersaji dingin. Sega kucing yang isi teri baunya amis sekali, yang kikil
lumayan tertolong karena pedas, yang oseng tempe cenderung terlalu
manis dan yang oseng usus kurang rasa asin. Saat kami makan dan mengobrol,
layar lebar mulai dinyalakan. Gambarnya masih belum terlalu jelas karena
banyak anak-anak berkerumun di depan proyektornya, bermain bayangan
jari di layar lebar. Mainan ayunannya cukup menghibur karena ada dua jadi tidak
berebutan dengan anak yang lain. Di dekat kami ada area lesehan
berlantai keramik dan dibatasi oleh kolam ikan kecil.
Bosan di angkringan, kamipun beranjak ke Mini Tabanana Bar. Dari luar
bangunannya cukup menarik dan nampak bersih, dengan desain berwarna kayu ditambah lampunya yang terang
benderang. Meja di mini bar ini diberi hiasan pisang kecil-kceil yang
terbuat dari plastik. Hidangan yang ditawarkan antara lain pisang goreng
alias banana crispy, smoothies pisang dan banana pop. Si denok menunjuk
gambar Banana Pop seperti yang biasa saya buatkan untuk bekalnya
sekolah. Menggunakan setengah pisang cavendish, banana pop tampil dalam
balutan coklat berhiaskan biscuit warna-warni. Perlu waktu agak lama
menunggunya, sejak melelehkan coklat, menghiasnya hingga menaruhnya di
kulkas supaya agak mengeras. Barangkali kami adalah first customer di
malam itu.
Satu hal yang sangat mengganggu saat duduk disini adalah
aroma sampah yang tertiup angin hingga ke dalam ruangan. Rupanya di
belakang mini bar ini, tepatnya di bawah layar lebar, terdapat bak
sampah terbuka yang beraroma menyengat karena sudah beberapa hari tidak
dibuang. Sungguh sayang karena selain mengganggu pandangan juga
mengganggu penciuman, dan juga berpotensi mengganggu pendapatan tenant.